Makan Dengan Sadar…

Saya pikir, kata – kata we are what we eat sekarang ini harus juga disertai dengan we are how we eat dan we are where we eat. Makan yang awalnya adalah kebutuhan , sudah menjadi aktifitas yang cenderung membebani badan. Kita senang makan banyak, kita senang menghibur diri dengan makanan, kita jadikan makanan sebagai pelarian dari banyak hal.

Kita makan  tidak dalam keadaan sadar menghadapi makanan. Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang, sepertinya sudah banyak dilupakan, diganti dengan makan makan dan makan sampai nafaspun sulit dilakukan. Tuntunan Rasulullah dimana beliau menganjurkan sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafas/ udara, mungkin sudah banyak yang lupa. Makan hingga perut penuh dan terasa begah lebih sering kita lakukan daripada mengingat tuntunan Rasulullah tersebut.

Makan dalam keadaan tidak sadar juga sering kita lakukan. Makan sambil sedih, makan sambil marah, makan sambil kesepian, makan sambil iseng, makan karena kurang pekerjaan. Familiar ? Nah, lalu kemudian kita kaget kenapa timbangan makin lama makin berat. Pastinya makin berat, karena kita mengabaikan sinyal alamiah pendorong makan, yaitu makan karena kita memang mengenali rasa lapar. Belum lagi sempat kita merasa lapar, kita makan ( sampai sini sudah benar ), akan tetapi celakanya, kita makan terus sampai lewat rasa kenyang, sampai ke rasa kenyang sekali, dan kemudian sampai ke kekenyangan.

Banyak sekali perasaan dan emosi yang kita tidak mau hadapi, lalu kita salurkan ke kegiatan makan. Perut yang hangat karena penuh makanan itu jadi obat mujarab bagi kesedihan, kesepian, keisengan, kemarahan dan lain  – lain sebagainya. Kita makan karena alasan lain dan seringnya, karena makan sebagai pelarian, kita pun tak sempat untuk berpikir makanan apa yang kita masukkan ke mulut kita. Bermanfaatkah ? Bergunakah untuk kesehatan kita ? Benar – benar halalkah ini ? Kita sering asal makan, asal kenyang, asal menghilangkan secara instan semua hal yang tidak ingin kita rasakan.

Sebagian ulama salaf berkata bahwa : “Allah telah mengumpulkan semua ilmu pengobatan ( ilmu kedokteran ) pada setengah dari ayat : Dan makanlah dan minumlah dan janganlah berlebih – lebihan…( Al-A’Raf : 31 ). Yaitu pengobatan preventif. Satu dirham untuk penjagaan lebih baik dari uang yang banyak untuk penyembuhan. Terbalik dengan yang kita lakukan sekarang, banyak uang dikeluarkan untuk makan yang berlebihan, kemudian lebih banyak uang lagi untuk pengobatan karena sakit akibat kelebihan makan yang menahun.

Urusan makan ini pun adalah urusan mindset. Kalau sudah tidak sadar apa yang dimasukkan dalam perut, bagaimana kesadaran akan hal – hal lain mudah didapatkan. Kita cuek pada badan sendiri, kita masukkan sembarang hal ke dalam perut yang letaknya di dalam badan kita. Pastinya tak sulit untuk cuek terhadap hal – hal lain yang tidak sedekat perut letaknya. Perut kita jadikan tong sampah. Apapun masuk…apapun kita biarkan perut mencernanya.

Hal – hal yang saya tuliskan diatas, itupun saya alami sendiri. 11 tahun yang lalu, berat badan saya 70 kilogram dengan keadaan kesehatan yang kurang baik untuk seseorang dengan usia muda. Dokter mengatakan, kalau saya melakukan ini terus pada badan saya, dia khawatir saya akan mengalami serangan jantung saat usia saya 45 tahun. Saat itu saya makan berlebihan, saya makan tidak sadar, dan alhamdulillah alarm badan saya berbunyi cepat. saya tidak terlena dengan kesehatan semu.

Dalam jangka waktu 1 tahun, saya berhasil menurunkan berat badan ke 52 kilogram dan berat badan stabil di kisaran 48 – 52  kg sejak itu. Diet mati – matian ? Oh tidak sama sekali. Saya tetap makan seperti biasa, tetapi semuanya saya jaga tidak berlebihan. Makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang. Memperhatikan apa yang masuk ke dalam perut saya, memikirkan manfaat dan bukan hanya sesuatu yang terasa enak di lidah. Tidak menjadikan perut saya sebagai keranjang sampah, tidak menggunakan makanan untuk pelarian. Makan ya untuk menegakkan badan, makan agar badan sehat untuk ibadah dan bekerja.  Makan dengan pikiran yang sadar, tahu persis apa yang saya makan dan tidak sekedar menyuapkan sesuatu ke dalam mulut agar terasa enak. Sadar kapan lapar dan paham kalau hampir kenyang. Lalu stop makan.

Apakah mungkin untuk merubah kebiasaan makan yang sudah kadung banyak tidak sadarnya ini ? Ya ! sangat mungkin ! Kalau bisa “melatih” badan untuk punya kebiasaan makan yang buruk, pastinya bisa juga “mengajar” badan untuk terbiasa makan dengan lebih sehat. Hanya masalah mau sehat atau tidak. Itu saja. Sederhana.

Kalau sehat, insya Allah ibadah dan pekerjaan lancar. Kalau sehat, insya Allah kita bisa berbuat banyak untuk orang lain. Dan kalau nanti Allah meminta pertanggungjawaban atas badan yang adalah titipanNya, insya Allah kita bisa menjawab, bahwa kita telah menjaga karunianya dengan baik, kita jaga kesehatan kita sebagai bentuk syukur padaNya.

 

 

 

 

 

2 comments Add yours
  1. Apa kabar Feb? Ulasannya menarik sekali, cocok dengan kondisi saya saat ini yang sedang menurunkan berat badan/fat loss.

    Ditunggu ulasan lainnya yang terkait gaya hidup sehat.

    Sukses buat Febi

    1. Salam, Anton…sip, insya Allah akan tulis lagi yg seperti ini. KEsehatan mahal harganya, kl dikaruniai sehat, ya harus dijaga…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *