Kenali Diri, Hindari Investasi Tipu – Tipu

Tulisan saya di “Ngobrol Uang” sebelum ini adalah tentang kritis dalam menilai tawaran investasi yang saat ini makin banyak jenisnya. Sebagai calon  investor, kita perlu menanyakan, apa “dapur” investasi dari produk tersebut. Apa saja yang diolah di sana, siapa “koki”nya, dan menilai apakah input dan outputnya sesuai dengan akal sehat.

Nah, kali ini saya akan melanjutkan pembahasan ini, didorong oleh keprihatinan bahwa masih banyaknya masyarakat Indonesia tertipu oleh investasi bodong. Investasi bodong ini terus bermunculan seperti cendawan di musim hujan. Satu hilang, tumbuh seribu yang lainnya. Hal ini menyebabkan kita perlu sekali untuk memahami bukan hanya bagaimana mengenali investasi bodong, tapi juga mengenali bagaimana proses tertipu yang yang dialami oleh sebagian masyarakat kita.

Memahami produk investasi adalah sebagian dari pencegahan, dan mengenali diri kita sendiri adalah bagian yang lain. Kita semua punya kecenderungan untuk tertipu karena satu dan lain hal. Dan untuk yang berkaitan dengan uang, seringkali lebih rumit daripada yang kita kira. Seseorang yang bisa logis di hal – hal selain uang, bisa menjadi tidak logis dan mempercayai hal – hal yang kurang masuk di akal untuk urusan uang.

Karena itu, sering kita temui, bahkan orang dengan pendidikan yang baik, wawasan yang luas, gaul, eksis, modern dan lain sebagainya sering menjadi korban dari investasi bodong. Ada sesuatu dalam diri kita yang perlu kita kenali dan kendalikan berkaitan dengan harta dan uang.

Hal pertama yang akan kita bahas adalah, keinginan untuk serba mudah. Manusia terlahir dengan kecenderungan untuk serba mudah.  “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat.” (QS Al-Maarij (70): 19–22).

Hal kedua yang perlu kita ingat dan sadari adalah kita semua punya kecenderungan hati terhadap harta. Kembali merujuk pada salah satu ayat Al-Qur’an, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: ‘wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)’.” (QS Ali Imran (3): 14). Dorongan untuk memperoleh harta yang banyak ini potensial ada di tiap manusia. Dan perlombaan untuk memperoleh harta, membanggakan harta, bersikap berlebihan terhadap harta adalah beberapa hal yang merupakan turunan dari kecenderungan manusia terhadap harta tersebut.

Hal ketiga dalam pengenalan diri berkaitan dengan harta adalah, manusia cenderung tamak dan selalu ingin lebih dari apa yang dimiliki. Salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya manusia memiliki satu bukit berupa emas, maka ia menginginkan untuk memiliki dua bukit (emas).  Dan tidak akan ada yang dapat memenuhi keinginan manusia kecuali tanah (setelah manusia dikubur). Dan Allah akan mengampuni siapa saja yang bertaubat kepadanya. (HR Bukhari)”. Dari  hadist ini terlihat jelas bahwa ingin lebih dan tamak itu potensial ada di dalam diri setiap orang. Dan pada sebagian orang hal itu hanya dapat berhenti saat menemui maut. Ini kenyataan dan juga bagian dari diri kita yang perlu kita kenali.

Sekarang coba kita alihkan sejenak perhatian kita ke beberapa karakteristik dari produk investasi bodong. Yang pertama, menjanjikan imbah hasil yang fantastis. Kedua, prosedur investasi sangat mudah dan terlalu sederhana. Duduk – duduk dapat uang. Yang ketiga, iming – iming tidak adanya resiko sama sekali dalam “investasi” yang ditawarkan.  Nah, coba sekarang kita cocokkan 3 hal kecenderungan kita sebagai manusia diatas, dengan karakteristik investasi bodong. Cocok bukan ? Inilah yang menyebabkan banyak orang terjerumus dalam investasi bodong. ?Investasi bodong memang dirancang untuk menjerumuskan dengan memanfaatkan kecenderungan – kecenderungan manusia yang tidak dikendalikan.

Jadi jangan heran kalau orang yang logis di hal lain, bisa menjadi tidak logis dalam hal uang dan percaya investasi bodong atau pura – pura tidak tahu kalau hasil yang didapatkannya itu dari investasi yang tidak jelas. Hal ini disebabkan  karena logikanya sudah tertutupi oleh kecenderungan ingin mudah, kesenangan terhadap harta benda, dan keinginannya untuk memperoleh harta yang lebih banyak dan lebih banyak lagi.

Mengenali kecenderungan dalam diri kita adalah sangat penting. Dengan mengenali kelemahan kita, kita belajar untuk waspada. Dengan mengenali kecenderungan, kita bisa memahami kalau kecenderungan itu bertemu dengan godaan. Dan yang paling penting, peringatan dalam ayat – ayat Al- Qur’an dan hadist di atas itu sekaligus menyertakan solusi dan cara bagaimana mengendalikan kecenderungan – kecenderungan tersebut. Yaitu mengerjakan shalat, banyak bertaubat dan  mengingat bahwa kehidupan akhirat jauh lebih utama dari kehidupan dunia saat ini. Insya Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *