Resiko Dulu, Baru Untungnya…

Kita lanjut lagi pembahasan tentang investasi dan bagaimana menyikapi tawaran investasi tipu – tipu alias investasi bodong. Setelah kita bahas tentang “dapur” investasinya, lalu kita kenali kecenderungan diri terhadap harta dan uang, sekarang kita akan bedah tentang produk itu sendiri. Apa hal yang sering ditawarkan pertama kepada calon investor dan bagaimana kita kritis dalam menilai tawaran tersebut.

Dalam berinvestasi, hal pertama yang sering menjadi konsentrasi dari calon investor adalah berapa sih untung dari investasi tersebut, berapa imbal hasilnya per bulan, atau dalam bahasa mudahnya, berapa uang saya akan bertambah.

Sejalan dengan kecenderungan kita terhadap harta, kesenangan kita akan bertambahnya harta, faktor keuntungan dari investasi ini sering membuat lupa bahwa ada sunatullah bahwa tidak ada hasil tanpa usaha. Hal ini juga dipahami sebagai keniscayaan dalam faktor resiko dalam hal apapun. Hasil yang besar itu didapatkan dari usaha yang sepadan. Hasil investasi yang besar, juga didapatkan dari usaha dan resiko yang sepadan yang menyertainya.

Terkadang dalam praktek penawaran investasi, faktor resiko ini tidak diungkapkan secara gamblang. Pertama, karena memang membahas resiko itu tidak “renyah” dan “gurih” seperti membahas keuntungan dan harta yang bertambah 🙂 Yang kedua, karena memang kalau mau jujur, kita sebagai calon investor sering tidak suka membahas tentang resiko investasi. Hanya mau tahu untungnya saja.  Jadi pada saat resiko investasi tidak diketahui secara jelas oleh calon investor, sebenarnya ada kontribusi 50 – 50 dari masing – masing pihak.

Karena itu, bagi seorang calon investor, penting untuk memahami, bahwa pada saat ada hasil investasi yang besar atau imbal hasil yang tinggi, saat itu pula ada usaha dan resiko yang besar menyertai investasi tersebut. Tidak ada istilah duduk – duduk dapat uang besar. Jadi, pada saat ada penawaran investasi dengan keuntungan yang besar, maka harus otomatis berfikir bahwa ini resikonya besar pula. Kalau imbal hasilnya fantastis, ya resikonya fantastis pula 🙂

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *