Untungnya Darimana ?

Kita masih membahas tentang investasi, dan setelah membahas tentang resiko, maka sekarang kita akan bahas tentang imbal hasil dari investasi. Imbal hasil investasi merupakan hal yang paling menarik bagi calon investor. Calon investor sering mengabaikan faktor lain dari penawaran investasi atau serupa investasi itu pada saat sudah “terpesona” oleh imbal hasil yang tinggi.

Sebagai calon investor yang kritis, memahami berapa imbal hasil dari penawaran investasi saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang darimana imbal hasil yang tinggi itu berasal. Kembali pada contoh di tulisan “Dapur Investasi”, maka saat dengan uang Rp. 5000 tapi yang disajikan adalah hidangan kepiting 2 ekor yang besar – besar, maka paling tidak sebagai konsumen harus bertanya darimana kepiting itu berasal, karena menurut logika tidak mungkin 2 ekor kepiting, plus bumbu, plus tenaga kerja yang memasaknya, plus service penyajian hanya akan bernilai Rp. 5000, kecuali memang ada motif amal. Kita sama – sama mengetahui bahwa investasi adalah bisnis dan bisnis adalah kegiatan yang utamanya adalah menciptakan value yang bersifat finansial.

Oleh karena itu, pertanyaan darimana imbal hasil yang dihasilkan oleh penawaran investasi itu menjadi pertanyaan yang penting. Keuntungan tidak turun dari langit, dia harus diciptakan melalui suatu proses. Dan hal itu bisa diketahui saat kita mengajukan pertanyaan yang lebih jauh darimana imbal hasil itu berasal, atau bahasa mudahnya adalah “darimana sih untungnya ?”

Secara sederhana, proses investasi itu ada input, proses dan output. Nah, inputnya adalah uang yang disetorkan oleh investor, prosesnya adalah kegiatan yang bisa berupa kegiatan bisnis, investasi, jual beli surat berharga, perdagangan dan sebagainya. Dan outputnya adalah keuntungan dan imbal hasil yang dinikmati oleh investor.

Yang menjadi titik perhatian dalam pembahasan ini adalah dalam prosesnya. Keuntungan yang dinikmati oleh investor itu adalah hasil kegiatan proses tersebut. Kita paham bahwa hasil itu sepadan dengan usaha, maka imbal hasil pun harus bersesuaian dengan kegiatan yang menghasilkan imbal hasil tersebut.

Misalkan pada investasi reksadana yang berbasis saham, maka keuntungan atau kenaikan NAB ( nilai aktiva bersih ) yang dinikmati oleh investor sederhananya didapatkan dari kenaikan saham – saham komponen penyusun reksadana tersebut, deviden yang didapatkan dari saham – saham tersebut, keuntungan / kerugian dari jual beli saham- saham yang diinvestasikan kembali ke dalam portofolio.

Kalau dikatakan bahwa keuntungan dari investasi tersebut adalah dari kegiatan usaha misalnya tambang emas, maka paling tidak harus jelas dimana lokasi persis tambangnya, berapa depositnya, berapa produksi emasnya, berapa ongkos produksinya , berapa penjualan emasnya dan berapa laba perusahaan tersebut. Dua contoh diatas kemudian harus diukur lagi, apakah bersesuaian dengan standard industrinya atau tidak.

Misalnya untuk reksadana saham, rata – rata imbal hasil dalam reksadana sejenis berapa, kemudian juga dibandingkan dengan kinerja bursa saham. Untuk usaha tambang emas, harus dibandingkan dengan usaha sejenis dan juga kenaikan harga emas dunia. Kalau kenaikan harga emas per tahun misalnya kita ambil rata – rata 20 tahun adalah 18.7 %, maka bagi penawaran investasi yang konon kabarnya usahanya adalah tambang emas tapi menawarkan imbal hasil 10  % per bulan, kita sangat patut curiga dan waspada.

Saat ini sangat banyak penawaran yang dilabel sebagai investasi yang sebenarnya tidak memenuhi hal – hal mendasar sebagai produk investasi. Untuk hal – hal seperti ini, sebagai calon investor perlu untuk meningkatkan pengetahuan. Tidak saja agar bisa secara kritis menilai penawaran – penawaran investasi, akan tetapi juga memahami pertanyaan – pertanyaan penting apa yang perlu ditanyakan.

Pada investasi yang memang betul – betul produk investasi, penjelasan tentang darimana keuntungan tersebut didapatkan harus dapat dijelaskan dengan gamblang, transparan, sederhana, masuk akal dan diperkuat dengan bukti – bukti tertulis yang sah ( ttg bukti – bukti tertulis akan dibahas terpisah ). Jangan takut untuk bertanya sampai anda paham tentang produk investasi tersebut sebelum mengambil keputusan apapun.

Salah satu ciri investasi bodong adalah penjelasan yang terlalu sederhana atau menyederhanakan masalah. Ini pun harus diwaspadai. Biasanya penjelasannya sederhana, tapi skema prosesnya dibuat terlalu rumit sampai akhirnya calon investor yang sudah terpesona dengan iming – iming keuntungan yang besar akan “menyerah” untuk mencoba mengerti. Jadi, waspadalah terhadap penjelasan yang terlampau sederhana, atau menggampangkan dan juga penjelasan yang terlampau rumit sampai sulit untuk dimengerti. Pertimbangan untuk investasi harus dilakukan apabila sudah benar – benar paham.

 

 

 

 

 

One comment Add yours

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *