“Transaksi” Suami Istri

Pernikahan bukan transaksi. Walaupun melibatkan segi keuangan, tapi sekali lagi, pernikahan bukan transaksi. Uang tidak bisa menggantikan hal – hal yang penting dalam pernikahan, akan tetapi banyak menjadikan uang sebagai alat “transaksi” dalam pernikahan.

“Transaksi” dalam pernikahan dilakukan baik oleh suami maupun istri. Agar istri menurut, maka uang menjadi alat untuk memenuhi semua keinginan istri. Agar suami merasa nyaman, maka istri tidak pernah bertanya darimana uang diperoleh dan pura – pura tidak tahu. Ada istri yang mencurigai kejujuran suami, dan setiap kali suami melakukan hal yang mencurigakan, maka “dibalas” dengan berbelanja, jalan – jalan, atau hal – hal lain yang memberikan perasaan senang sementara. Apa yang dilakukan suami ? Pura – pura tidak tahu juga. Di permukaan semua aman, karena transaksi sudah dilakukan. Kasus – kasus seperti ini banyak terjadi, lebih banyak daripada yang kita duga. Uang menjadi alat “transaksi” dalam hubungan. Menutupi hal – hal yang sebenarnya terjadi.

Diatas tadi mungkin contoh yang dianggap terlalu ekstrim. Tapi tanpa disadari, kita melakukan “transaksi” dengan uang dalam hubungan suami istri, mencoba untuk menggunakannya untuk hal – hal yang kita fikir bisa membantu memperbaiki hubungan antara suami istri.

Menikah dengan mempertimbangkan kemampuan finansial calon suami atau calon istri boleh – boleh saja. Akan tetapi kalau menikah karena cenderung melihat pada harta, itu yang harus diwaspadai. Karena dasar pernikahan menjadi tidak kokoh dan mudah berubah saat keadaan keuangan juga berubah.

Mungkin kita juga sering melakukan “transaksi” dengan pasangan kita. Tidak apa – apa dia tidak punya waktu, asal tanggung jawab keuangan tetap mengalir. Istri merasa tidak perlu untuk konsultasi pada suami karena merasa juga sebagai pencari nafkah. Suami sungkan menegur istri karena istri ikut mencari uang bagi keluarga. Saat suami dan istri berjalan sendiri – sendiri dan hubungan menjadi penuh “transaksi”, maka bagaimanakah bisa mengelola keuangan dengan baik dan mengoptimalkan kemampuan finansial yang ada untuk kesejahteraan keluarga ?

Dari semua “transaksi” yang terjadi dalam hubungan ini, maka benang merah yang ada disini adalah tidak ditempatkannya uang di tempatnya yang sebenarnya. Kita menempatkan uang lebih tinggi dari hubungan antara suami istri dan menggunakan uang untuk mengendalikan jalannya hubungan. Uang jadi alat untuk menunjukkan siapa yang berkuasa, uang jadi alat untuk memaafkan kesalahan, uang menghalangi suami dan istri untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan sebagainya.

Uang sepatutnya ditempatkan di tempat yang tepat dalam hubungan suami istri. Ada hal – hal yang jauh lebih penting daripada uang dalam hubungan. Kasih sayang, cinta, rasa hormat, ketulusan, kejujuran dan masih banyak hal lain yang lebih bernilai dari uang. Lihatlah ke dalam hubungan suami istri kita masing – masing. Jangan – jangan banyak “transaksi” yang kita lakukan dalam hubungan ini. Menukar hal yang berharga dalam hubungan suami istri dengan hal – hal yang sama sekali tidak penting.

2 comments Add yours
  1. Pertanyaan : Bisakah Transaksi jual beli dilakukan suami istri,misalnya suami membeli mobil istrinya…..karena merasa sayang dijual ke orang lain……mohon ibu jawabannya,terimakasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *