Pecandu Belanja : Gejala dan Akibatnya

Apakah kalau sesekali kita belanja lebih banyak dari biasanya, maka itu sudah bisa disebut kecanduan belanja ? Bagaimana kita dapat mengenali gejala – gejala bahwa kita sudah berada di keadaan kecanduan ? Mengenali gejala kecanduan dan juga penyebabnya, adalah langkah pertama menuju perbaikan dan “kesembuhan” dari kecanduan belanja. Tanpa kesadaran bahwa kita sudah berada dalam keadaan kecanduan belanja, akan sulit bagi siapapun keluar dari kecanduan ini.

Di tulisan sebelumnya, kita sudah mengenali jenis – jenis pecandu belanja. Nah, kali ini kita akan mencoba mengenali apa saja gejala, penyebab dan akibat dari kecanduan belanja. Gejala kecanduan belanja, akan terlihat secara emosi, fisik dan keuangan.

Secara umum, sama seperti pecandu lainnya, pecandu belanja akan berusaha menyembunyikan kecanduannya. Terutama, menyembunyikan kecanduannya dari orang – orang terdekatnya. Tidak jarang seorang pecandu belanja memiliki, misalnya, kartu kredit yang disembunyikan dari pasangannya. Atau, berusaha keras menyembunyikan struk belanja, bahkan barang belanjaannya. Atau, mulai melakukan kebohongan, misalnya, berbohong tentang berapa sebenarnya uang yang dikeluarkan untuk belanja, bahkan berbohong dengan menyamarkan aktifitas belanjanya dengan aktifitas lain.

Secara emosi, pecandu belanja akan memperlihatkan beberapa gejala  yang spesifik, seperti :

  1. Selalu memperlihatkan bisa berbelanja tanpa memperhatikan harga
  2. Selalu mencari alasan untuk berbelanja saat sedih, tertekan atau stress.
  3. Berada dalam lingkaran setan kecanduan belanja : belanja gila – gilaan menimbulkan rasa bersalah, dan untuk mengatasi rasa bersalah itu, dilakukan dengan mencari perasaan senang dari berbelanja. Begitu terus berulang – ulang siklusnya.
  4. Tidak mempedulikan masalah yang timbul dalam hubungan keluarga atau antara suami dan istri karena kecanduan belanja yang terjadi
  5. Tidak mempunyai kendali atas perilaku belanjanya, terus menerus melakukan belanja tanpa kuasa menghentikan dirinya sendiri.

Secara fisik, berbeda dengan kecanduan narkoba misalnya, kecanduan belanja tidak memiliki gejala fisik yang menonjol. Beberapa pecandu belanja mungkin merasakan kesulitan tidur, atau mual saat menyesali pembelanjaan yang dilakukan, atau mengeluhkan rasa sakit kepala dan terpicunya alergi yang dimiliki. Tetapi, pada umumnya, secara fisik, tidak ada gejala yang spesifik.

Dalam hal keuangan, kecanduan belanja pada umumnya ditandai dengan memburuknya situasi keuangan. Bukan hanya situasi keuangan pecandu yang bersangkutan, akan tetapi juga keadaan keuangan keluarga bisa sangat terpengaruh. Beberapa gejala khusus kecanduan belanja yang muncul, diantaranya :

  1. Mulai kesulitan untuk memenuhi keperluan rutin, karena porsi belanja sudah mengambil bagian yang besar dari pendapatan.
  2. Mulai menunda pembayaran tagihan – tagihan atau utang yang dimiliki
  3. Terkikisnya tabungan untuk memenuhi kecanduan belanja
  4. Diam – diam melakukan penjualan aset untuk memenuhi hasrat belanja
  5. Bertambahnya hutang yang terus menerus, mulai gali lubang tutup lubang untuk memenuhi kecanduan belanjanya.
  6. Melakukan “selingkuh keuangan” kepada pasangannya dengan berbagai bentuk

Dalam jangka pendek, seperti halnya kecanduan – kecanduan yang lain, akibat dari kecanduan belanja sering tersamarkan dengan perasaan senang dan puas setelah melakukan belanja. Tetapi, akibat jangka panjangnya bisa sangat luar biasa merusak. Secara emosi dan finansial, akibat dari kecanduan belanja ini bisa menciptakan kemunduran yang luar biasa pada kehidupan pribadi seseorang.

Secara emosi, bukan hanya pecandu belanja yang bersangkutan saja yang merasakan dampak emosionalnya, akan tetapi akan dirasakan juga oleh pasangan dan orang – orang disekitarnya. Perasaan sakit hati, dikhianati, putus asa, sedih dan marah adalah perasaan yang muncul saat pasangan atau keluarga terdekat terbukti sebagai pecandu belanja.

Perasan secara emosi diatas akan makin intens apabila secara finansial, kecanduan belanja ini mengakibatkan kacaunya situasi keuangan keluarga. Misalnya, keluarga harus membayar hutang tambahan karena kecanduan belanja pasangan atau salah satu anggota keluarga. Kemudian, keluarga harus mengorbankan tujuan – tujuan keuangannya, bahkan merelakan tabungannya untuk menanggung akibat dari kecanduan belanja. Pada kasus yang ekstrim, kecanduan belanja bahkan bisa mengakibatkan kebangkrutan, terlepasnya aset berharga seperti rumah, tanah, untuk melunasi hutang – hutang, bahkan sampai mengakibatkan hancurnya pernikahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *