Salah satu fungsi socmed adalah kita bisa berinteraksi dengan banyak orang. Selebiritis, tokoh terkenal, motivator, sosialita, tokoh agama, akun anonim, akun komunitas sampai akun anak muda alay yang mungkin paling sering bikin kita terkekeh – kekeh atau akun galau yang bikin kita senyum – senyum simpul ( mungkin karena mengenang kegalauan kita sendiri di masa lalu…heheheh ). Ada juga salah satu akun juara saya, @SRUDUKFOLLOW yang tiap hari sradak sruduk menambah follower bagi fakir follower dan mengingatkan kita supaya tidak jadi akun selebritis : mau difollow, tapi memfollow ogah….isssssshhhh….
Dari tweet mereka kita bisa tahu apa yang sedang mereka kerjakan, apa gosip terkini di dunia persilatan perpolitikan, mungkin kita bisa memungut banyak mutiara harian dari para motivator, terkagum – kagum dengan avatar para selebritis yang selalu mulus, cantik, atau ganteng dengan senyum yang paaaas betul, ikuti tausiah via twitter dari tokoh agama, atau kadang jadi pengamat twitwar antara orang terkenal atau antara orang terkenal dengan followernya yang sengaja twitwar utk nambah follower…ingin ikut nge-top 🙂 Setiap hari kita belajar dari mereka semua via twitter.
Kita betah scroll TL twitter bahkan sampai menyita waktu yang cukup banyak. Dunia maya memang mengasyikkan, dinamis, selalu bergerak. Kita rasanya pun ikut giat, ikut bergerak, dengan modal jempol, gadget dan akun socmed, rasanya kita sudah jadi bagian dari hal yang terkini dan terupdate. Padahal mungkin kita baru sampai tahap scroll – scroll aja siiiih…kagum, hookeun ( ini kata bahasa Sunda ), olohok ( bahasa Sunda juga ), sura seuri sorangan ( again, Sundanese ) dengan segala yang terjadi di sekitar via socmed.
Kegiatan dunia maya kita juga sering menyita waktu dengan keluarga, dengan pasangan. Salah satu nasihat yang sampai saat ini masih saya perjuangkan pelaksanaannya adalah 100 persen meninggalkan gadget dan akun socmed pada saat sedang bersama pasangan atau keluarga. Kadang rancu antara saya sedang melakukan pekerjaan via socmed, atau memang sedang bersosialisasi, gaul, via socmed. Kadang saya juga meyakinkan diri saya bahwa sedang bekerja, padahal ya itu tadi….cuma sedang iseng scroll – scroll TL saja…hahahaha….( yang merasa dan melakukan hal yang sama ayo ngacung ! ) Socmed memang membuat keisengan kita seperti memperoleh penyaluran yang tepat. Iseng – iseng liat TL aaaah….iseng – iseng “nyampah” aaaah….dan berbagai keisengan lainnya…( ngacung lagiiii ! )
Pasangan kita mungkin adalah orang yang cukup geram dengan “affair” kita dengan socmed. Ya, mungkin karena kita overdosis juga, siiiih…heheheh…Kita belajar dari orang terkenal, tokoh agama, selebritis, dll via socmed. Tekun mengikuti tweet mereka, simak TL mereka dengan antusias, kadang menyesal kalau terlambat ikut kultwit, kalau dijanjikan kultwit jam sekian, kita sudah pastilah mengusahakan untuk stay tuned…heheheh…
Bagaimana dengan pasangan kita, seantusias itukah kita mengikuti, mengamati, mengagumi mereka seperti yang kita lakukan di socmed terhadap orang – orang lain ? Apa kita juga mention mereka dengan penuh penghormatan dan keakraban seperti kalau kita mention orang – orang terkenal ? Apa kita berusaha tampil sebaik – baiknya seperti di avatar kita di depan mereka ( foto avatar pasti yang terbaik, paling enak dilihat menurut kita, foto andalan…hehehehe ). Ah, kalau sudah sampai sini, saya ingin minta maaf yang banyak pada suami saya *peluuuuuuk* hehehehe….
Kita bisa banyak belajar tentang pasangan dari socmed sebenarnya. Kadang curahan hati lewat twitter jadi indikasi ada masalah yang sedang bergolak di dalam rumah…hahahah….nah, anggaplah itu indikasi. Kalau Istri nge-tweet “Gak kemana – mana hari ini”, nah, ini harus dicermati. Mungkin bosan, mungkin ingin jalan – jalan, mungkin suntuk. Kalau memang waktunya belum pas dan suami belum bisa ajak jalan – jalan, saran saya, di quote aja tweetnya dan bilang “Ke sini yuk, ke hatiku 🙂 “Istri : Gak kemana – mana hari ini””…hahahaha. Yah, paling tidak di depan followernya anda sudah jadi satria berkuda ( atau bergitar ? heheheh…husssh ) yang menyelamatkan kebosanan dan kebetean istri. Paling nanti ada yang nge-RT dengan hashtag “#eeeeaaaa” heheheheheh. Demikian juga kalau suami komentar offline “Eh, kamu ganti lagi avatarnya ?” Nah…nah…ini harus diperhatikan. Siapa tau dia jarang – jarang melihat kita secantik dan seramah foto di avatar itu….heheheh….mungkin dia seringnya melihat kita dengan rambut diikat karet gelang, tanpa makeup, kening berkerut..hahahahah..
Saya pun termasuk yang ingin lebih banyak stay tuned mengamati dan belajar dari pasangan saya ( dengan cinta tentunya…bukan mengamati dalam arti surveillance seperti polisi, yaaa…heheheh…). Siapa tahu selama ini yang dia belajar dari saya adalah pelajaran sabar, sabar dengan kelakukan saya maksudnya….heheheh. Siapa tahu hikmah terbesar dari pernikahan dia dengan saya adalah dia jadi berdoa lebih keras… mendoakan saya maksudnya, pada saat dia sudah gak bisa berkata apa – apa lagi…pasrah dengan sikap – sikap saya….heheheh. Astaghfirullah, maafkan ya sayang *peluk lagiiiiii*
Suatu saat saya liat tweet dia dengan saudara kami : “After all of our student successes , lami Bu, make each day a holiday “@tinaxxxxx: Iraha nyaaa..tiasa nyarios kieu: welkam holideiiiiii…”” Ini tweet suami yang #jleb sekali buat saya. Pendek, tapi inilah komitmen hidup dia. Membuat murid – muridnya sukses. Karena itulah definisi kesuksesan buat dia. Oya, suami saya guru. Dosen di universitas. Dimana – mana banyak muridnya atau bekas muridnya. Senang,sih…tapi ada juga downside nya…hehehe…saat saya dan suami ingin bergaya seperti anak muda, pacaran di mall, gandengan tangan, minum kopi berdua…tiba – tiba tring ! ada mahasiswa yang menyapa, menghampiri dan salim cium tangan pada suami….kami berdua seperti back to reality…tersedot waktu dari merasa seperti pasangan 20 tahunan, kembali ke kenyataannya…pasangan 40 tahunan…heheheh *ngitung uban*. Saya yakin dia telah menyentuh banyak jiwa. Melihat perkembangan mahasiswanya setiap hari, dari mereka masuk sampai lulus. Kadang jadi tempat curhat mereka, kadang jadi tempat curhat orang tua saat anaknya bermasalah.
Pernah saya tanya apa kebahagiaan terbesarnya ? Dia bilang bisa mengajar, ibadah, lihat murid – muridnya sukses, bisa jadi suami dan ayah yang baik. “Itu kesuksesan buat saya, rejeki saya percaya Allah sudah atur. Saya lakukan aja yang terbaik sebagai guru, suami, ayah” Ya, memang dia tidak punya bahasa yang berbunga – bunga….setiap hari dia berurusan dengan batu…harap maklum…geologist jarang romantis…heheheh. Ah, saya rasanya ingin belajar lebih banyak dari suami. Saya tahu tidur dan bangunnya, saya tahu diam dan marahnya, saya tahu tawa dan tangisnya. Saya lihat wajahnya, bukan avatarnya. Saya lihat perilakunya, bukan tweetnya. Saya tahu pujiannya pada saya adalah yang paling tulus, karena dia tahu baik dan buruknya saya. Di depannya saya tidak bisa pencitraan…heheheh. Sudah dulu ya, tweeps & FBers, saya mau lempar gadget dulu dan peluk laki – laki ini erat – erat….peluk guruku….
*terharu*….#dalam buat urusan yang kita suka anggap gak penting! hihi..
Xoxo, Ira
Hi, Ira. Ya inilah yang kadang terlewat…belajar justru dari orang terdekat…heheheh…