Uang dan harta. Siapa yang tak perlu ? Kenyataannya perlu. Tapi stress karena uang dan harta itu tidak perlu. Uang tempatkan dalam dompet, bukan dalam hati. Harta letakkan dalam posisinya yang benar, bukan untuk jadi lupa daratan 🙂
Setiap calon pasangan memasuki jenjang pernikahan dengan keadaan yang berbeda – beda. Ada yang dengan segala kelengkapan untuk mempermudah kehidupannya, ada yang memulai dengan pas – pasan. Tidak usah kecil hati atau malah ke-pede-an. Setiap calon pasangan punya potensi untuk kehidupan keuangan yang baik dari waktu ke waktu, bagaimanapun mereka mengawali pernikahan.
Kita masih lanjutkan bahasan #pranikah, dan bila di tulisan yang lalu “Ingatkan Karena Sayang” kita bahas ttg sinkronkan visi keuangan dengan calon pasangan, maka sekarang akan dibahas tentang arti harta itu sendiri bagi kita. Kalau sudah paham artinya, maka tidak akan melulu konsentrasi pada banyak / sedikitnya.
Pertama, harta itu adalah anugerah yang harus disyukuri. Syukur aja dulu…janji Allah, kalau bersyukur maka akan ditambahkan. Dan, jangan melulu berpikir bahwa tambahan dari Allah itu harus selalu apa yang kita inginkan, ya. Bersyukur atau mendikte ? Karunia Allah itu luas.
Yang kedua, harta itu amanah. Nah, inget ya…catet…pake spidol besar warna yang paling ngencreng, highlight…harta itu bukan milik kita. Harta itu kepunyaan Allah. Harta itu A-M-A-N-A-H.Harus dipertanggungjawabkan ? Iya banget ! Dititipi banyak atau sedikit, harus tetap amanah.
Yang ketiga, harta itu ujian. Harus waspada, ya. Ujiannya itu baik saat lapang atau sempit. Saat lapang, ujiannya itu mudah terbawa untuk berlebihan, bermewah. Saat sempit, ujiannya itu adalah mengeluh, menyalahkan keadaan, kurang syukur atau malah cari jalan pintas. Dekat2, nyerempet yang abu2, bahkan nyebur ke yang haram…astaghfirullah…
Saat sempit, sederhana itu mudah, karena tidak ada pilihan 🙂 Saat lapang, sederhana itu ujian besar. Bertahan sederhana saat lapang itu sama susahnya dengan tetap bersyukur saat sempit. Baca Bertahan Sederhana utk bahasan tentang kesederhanaan
Keempat, harta itu hiasan hidup. Waspadalah…waspadalah. Mewah dan berlebih itu terjadi pada saat ada motif dan kesempatan 🙂 Motifnya bisa untuk pamer, bisa untuk memenuhi keinginan yang tidak ada selesainya, bisa karena dorongan gaya hidup dan pergaulan. Kesempatannya ? Ya karena ada uang…karena kelapangan…karena banyak uang tanpa ingat harta itu milik siapa. Lupa Allah….
Yang kelima, harta itu bekal dan sarana ibadah. Alat, alat dan alat. Itulah fungsi uang dan harta. Jadi pergunakanlah alat tersebut dengan baik, untuk hal – hal yang baik dan bertujuan baik. Harta milik Allah, masa sih dipergunakan suka – suka kita ? Sementara hidup tujuannya untuk ibadah pada Allah. Maka logis banget kalau harta titipan Allah kita pergunakan untuk ibadah kepadaNya. Dalam arti yang luas.
Siapa yang tak ingin pernikahan berkah, bahagia, tak kurang suatu apapun. Salah satu ikhtiar adalah dengan kesadaran tentang apa artinya harta. Agar tetap sadar, agar tak lupa daratan, agar tak letakkan uang dalam hati dan harta tak menempel pada jiwa. Hadapkan hati, arahkan rencana hidup dan keuangan. Kepada Allah semuanya akan bermuara, pada dari Allah lah semuanya harus berawal. Bismillah…