The Great Depression adalah krisis ekonomi terburuk yang terjadi dari tahun 1929 – 1939. Masa ini terjadi setelah masa yang dikenal dengan The Roaring Twenties, yang terjadi pada tahun 1920 sampai dengan 1929. Saat itu, pertumbuhan kekayaan nasional meningkat sampai lebih dua kali lipat dan Amerika berada di puncak kesejahteraannya.
Bulan Agustus 1929, bursa saham New York mengalami penurunan yang sangat tajam, dipicu oleh, diantaranya, praktek spekulasi yang tidak sehat. Hal ini menyebabkan ekspansi besar – besaran dari transaksi yang terjadi di bursa saham. Perkembangan pesat di bursa ini tidak didukung oleh dasar ekonomi yang kuat. Spekulasi di bursa terus berlanjut, dan pada akhirnya bursa saham New York mengalami “crash” yang dikenal sebagai The Black Friday. Pemegang saham berlomba – lomba menjual sahamnya dalam kepanikan hancurnya harga saham.
Seketika, masyarakat yang tadinya menikmati puncak kesejahteraan, harus dihadapkan pada kenyataan bahwa kekayaan mereka yang diinvestasikan di bursa saham, lenyap. Keadaan mereka berubah drastis dalam hitungan hari. Mulailah masa The Great Depression, dimana penyesuaian besar dalam hal konsumsi harus dilakukan untuk bertahan hidup, dengan uang yang sangat terbatas. The Great Depression dalam sejarah berlangsung dalam rentang waktu hampir 10 tahun.
Belajar dari The Great Depression, dan juga krisis – krisis ekonomi lainnya, satu hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa krisis akan selalu ada, dan bisa terjadi dipicu oleh berbagai sebab. Kita perlu menyadari hal ini, agar bisa bersiap dan menyadari kondisi yang terjadi. Kita harus selalu punya sense of crisis.
Di masa pandemi Covid-19, walaupun di masa yang berbeda, kita pun dihadapkan pada krisis ekonomi. Banyak negara sudah masuk dalam kondisi resesi dan itu pun terasa dalam keseharian masyarakat. Diantaranya, menurunnya pendapatan, sulitnya mencari pekerjaan, terjadi PHK, dan menurunnya konsumsi. Masyarakat harus menyesuaikan pengeluarannya, menyesuaikan gaya hidup dan menyesuaikan kebiasaannya. Ditambah lagi, dalam konteks Covid-19, ada keterbatasan gerak dan pembatasan – pembatasan lain yang sesuai dengan protokol kesehatan. Ini semua berpengaruh pada perekonomian dan kehidupan masyarakat.
Apa yang bisa kita pelajari dari The Great Depression, sebagai krisis ekonomi terbesar dan terpanjang dalam sejarah ? Nah, hal ini bisa kita lihat dari apa yang dilakukan masyarakat di era itu untuk bertahan hidup. Keterbatasan menimbulkan kreatifitas dan inovasi, terutama kreatifitas masyarakat untuk berhemat, karena minimnya sumber daya dan pendapatan. Berikut ini beberapa praktek penghematan yang dilakukan masyarakat di masa itu, yaitu :
- Memakai barang yang ada, mengurangi pembelian barang baru, mendaur ulang , memperbaiki barang yang masih bisa dipergunakan dan hanya sedikit mengalami kerusakan.
- Membeli hanya bila benar – benar memiliki uangnya, menghindari membeli dengan kredit atau utang.
- Mengupayakan bisa mengerjakan sendiri pekerjaan – pekerjaan yang sederhana dan mudah
- Disiplin melakukan anggaran harian untuk memastikan pengeluaran harian terkendali
- Kalaupun harus membeli, maka dilakukan dengan mencari alternatif barang bekas daripada yang baru
- Betul – betul memprioritaskan kebutuhan dan mengesampingkan keinginan untuk sementara waktu
- Mencari pekerjaan sampingan, atau menjadikan hobi sebagai sumber penghasilan baru.
- Menanam sendiri sayur dan buah yang mudah untuk dilakukan dan dikonsumsi sehari – hari
- Bekerja sama dengan semua anggota keluarga untuk bersama – sama menghadapi masa sulit.
- Memanfaatkan sampai tetes dan remah terakhir dari semua sumber daya yang dimiliki. Tidak ada yang terbuang.
Ternyata, banyak praktek – praktek penghematan yang dilakukan pada masa The Great Depression hampir 100 tahun yang lalu, yang nampaknya masih relevan untuk dilakukan saat ini. Tinggal menyesuaikan dengan konteks masa kini dan juga memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk memudahkan melakukan penghematan dan efisiensi di masa pandemi Covid-19 ini.
Sejarah dan krisis yang berulang, mengajarkan kita banyak hal. Selalu menjaga kebiasaan keuangan yang sehat dan melakukan pengelolaan keuangan yang baik, akan memudahkan kita untuk menghadapi berubahnya situasi dan kondisi ekonomi yang bisa terjadi kapan saja. Kita harus selalu siap.