Seperti halnya pecandu lainnya, pecandu belanja juga bermacam – macam jenisnya. Seperti yang telah kita bahas di tulisan yang lalu, pendorong seseorang untuk mengejar perasaan senang dari belanja sangat beraneka ragam. Hal ini yang menentukan jenis pecandu belanja yang manakah dia. Dari Shopaholic Anonymous dan sumber – sumber lain, berikut ini adalah jenis – jenis pecandu belanja :
- Pecandu belanja emosional, yaitu pecandu belanja yang melakukan belanja gila – gilaan saat merasa sedih, tertekan, stress.
- Pecandu belanja perfeksionis, yaitu orang yang kecanduan belanja khusus untuk memburu barang – barang yang menurut dia lebih sempurna dan lebih sempurna lagi.
- Pecandu belanja pencitraan, yaitu pecandu belanja yang kecanduan belanja karena ingin menampilkan kesan sebagai orang kaya, royal dan mewah.
- Pecandu pemburu diskon, yaitu pecandu belanja yang dorongan terbesarnya adalah karena melihat harga diskon. Bedanya dengan yang bukan pecandu adalah, pecandu belanja jenis ini akan membeli barang apa saja yang sedang diskon, tanpa mempedulikan apakah dia memerlukan barang tersebut atau tidak.
- Pecandu belanja “bulimia”, pecandu belanja yang mempunyai kebiasaan untuk membeli dan kemudian mengembalikan barang yang sudah dibeli berulang – ulang dengan itikad yang kurang baik. Di beberapa negara, pembeli diberikan batas waktu untuk mengembalikan barang yang sudah dibeli. Pecandu belanja jenis ini, memanfaatkan fasilitas yang tersedia itu.
- Pecandu belanja kolektor, yaitu kolektor yang merasa tidak akan berhenti berbelanja sebelum membeli seluruh koleksi lengkap dari apapun yang memang menjadi minat dan kesenangannya. Apabila koleksinya belum lengkap, ia akan merasa gelisah.
Pertanyaan selanjutnya adalah, seberapa banyak kira – kira orang yang memiliki kecenderungan kecanduan belanja ini dalam suatu populasi ? Kembali dari penelitian Ruth Engs dari Indiana University, diperkirakan 10 – 15 % dari populasi punya kecenderungan untuk menjadi pecandu belanja. Sementara yang lainnya berada dalam rentang senang sampai sangat senang belanja, yang belum tentu sampai ke tingkatan kecanduan.
Ruth Engs juga menyatakan bahwa bagi orang yang punya kecenderungan menjadi pecandu belanja, tubuhnya melepaskan hormon endorphine dan dopamine. 2 hormon ini menimbulkan perasaan senang. Rasa senang inilah yang mendorong calon pecandu belanja untuk mengulangi dan mengulangi lagi aktifitas belanjanya. Biasanya, dengan intensitas belanja yang makin tinggi. Perlahan tapi pasti, apabila hal ini terus berlanjut, maka kecanduan belanja akan terjadi.