Punya rumah sendiri adalah impian banyak keluarga. Setelah memperbaiki arus kas, lalu memulai menyusun dana darurat, menghitung dana pendidikan anak, maka merencanakan membeli rumah biasanya ada di urutan berikutnya dari tujuan keuangan yang disusun oleh keluarga.
Salah satu tantangan bagi keluarga yang ingin memiliki rumah yaitu harga rumah yang terus naik dengan cepat. Pertanyaan seperti “Kapan ya kita punya rumah sendiri ?” atau yang bercampur sedikit keluhan seperti “Wah, kalau harga rumah naik terus seperti ini, kapan bisa punya rumah ?”. Mungkin sekarang masih tinggal di rumah kontrakan, atau masih tinggal bersama orang tua atau mertua, punya rumah sendiri, beli rumah sendiri…atau gampangnya pengen punya rumah, jadi impian yang siang malam dipikirkan…
Bagi saya, membeli rumah itu selain ada sisi finansial yang perlu dipikirkan, pertama dan utama, ada sisi non – finansial yang perlu juga untuk ditelaah. Kenapa saya katakan demikian ? Bukan sekali atau dua kali saya temukan, orang yang sangat mampu untuk membeli rumah sendiri menunda untuk membeli rumah karena takut yang beraneka ragam. Takut akan keamanan pekerjaannya ( KPR 10 – 15 tahun ajah, sodara2…hehehe ), takut membeli rumah yang salah dan kemudian menyesal, takut salah pilih lokasi, takut berpisah dengan orang tua, takut ke lingkungan baru dan ketakutan – ketakutan lainnya.
Karena itu, saya rangkumkan beberapa tips saat kita ingin punya rumah. Niat sudah terucap dalam hati, sekarang tinggal actionnya, ya…belum punya uangnya ? Gak masalah…kita telaah dulu sisi non – finansialnya :
1. Bersyukur atas tempat tinggal yang sekarang
Nah, janji Allah itu adalah pada saat kita bersyukur, Allah akan tambahkan nikmat. Dan ini bukan janji palsu, ya π Jadi, kalau yang sekarang masih tinggal di rumah kontrakan, atau masih di pondok mertua indah, syukuri dan cari hal – hal yang bisa disyukuri dari tempat tinggal yang sekarang. Cari secara sadar hikmah kebaikannya dan syukuri. Terimakasih Allah, masih memberikan tempat bernaung dari panas dan hujan….
Saya pun dulu kontraktor alias pengontrak rumah π Tampak agak keren karena bahasanya “rent apartment”. Intinya ya sama aja. Ngontrak..hehehe. Saya perlakukan apartment sewaan itu seperti milik saya sendiri. Dibersihkan, ditata, disayang – sayang. Kalau saya amanah terhadap apartemen sewaan ini, mudah – mudahan Allah percayakan rumah milik sendiri. Begitulah doanya setiap kali.
Bersyukur bukan kemudian menjadi terlena tinggal di rumah kontrakan atau rumah orang tua, ya….tapi bersyukur, berusaha amanah, supaya Allah tambahkan nikmat itu dengan memiliki rumah sendiri.
2. Niat punya rumah, harus sesuai dengan actionnya
“Pengen punya rumah” itu sering diucapkan berulang – ulang, niat yang terucapkan ataupun diam – diam dalam hati. Nah, hal kedua yang harus di cek adalah : apakah niat ini sudah sesuai dengan action kita ? Ini yang terkadang gak nyambung. Pengeeeen banget punya rumah, tapi arus kas bulanan acak -acakan…nah, ini repot. Karena bagaimanapun sisi finansial dari membeli rumah itu perlu untuk dipikirkan. Actionnya disesuaikan, mindsetnya diatur.
Atau pengen banget punya rumah sendiri, tapi keasikan tinggal di rumah kontrakan, udah kenal dengen yang punya, udah nyaman sama lingkungan dan sepertinya malas kalau harus pindah – pindahan lagi. Lha, bukan sekali dua kali lho kasus tiba – tiba sang pemilik gak mengijinkan kita memperpanjang kontrakan. Karena mungkin mau dijual atau mau ditempati oleh anaknya sendiri. Paling ribet kalau ternyata rumah kontrakan itu rumah warisan dan mau dibagi waris. Sekenal baik apapun, ya tetep harus angkat kaki begitu kontrakan habis kalau kasusnya seperti itu…
Atau yang sering saya temui ( tolong jangan tersinggung, ya…hehehe ) keasikan tinggal di rumah orang tua atau mertua, anak ada yang mengurus, banyak bantuan untuk sehari – hari, akhirnya merasa terlalu nyaman. Rasanya sudah punya rumah….karena mungkin itu rumah yang ditempati dari sejak kecil. Padahal sebenarnya bukan milik sendiri. Zona nyaman juga ada dalam urusan tempat tinggal. Jangan sampai terlena di zona nyaman ini.
3. Pengen punya rumah sendiri…berani ?
Nah, ini yang sering tanpa secara sadar ada dalam pikiran kita. Dan ini terlepas dari sisi finansial. Seperti yang saya uraikan di atas, bahkan yang mampu secara finansial untuk punya rumah pun ( memenuhi syarat untuk kepemilikan rumah ), sering merasa takut.
Lokasi dan jarak ke tempat kerja biasanya jadi ketakutan sendiri pula. Pada saat mengontrak jarak ke kantor tidak terlalu jauh, tapi kalau beli rumah sendiri, mungkin harus ke daerah suburb ( bahasa kerennya dari agak di pinggiran kota…hehehe ).
Bagi yang sudah sangat nyaman tinggal di rumah orang tua, biasanya ketakutannya adalah bagaimana mengurus rumah sendiri. Ya, memang mengurus rumah sendiri itu repot. Gak akan bohong, sih π Nama kita yang ada di tagihan listrik, air, telepon, iuran RT, iuran sampah, dan lain – lain. Tanggung jawabnya ada di kita, tapi di sisi lain…keren lho karena sertifikatnya atas nama kita. Bukan atas nama orang lain π
Mengenali, mengurangi, menghapuskan berbagai rasa takut dalam membeli rumah akan membuat banyak perbedaan dalam motivasi dan tindakan yang kita lakukan dalam membuat niatΒ atau keinginan memiliki rumah ini menjadi kenyataan.
4. 1st time home buyer : Jangan selalu cari rumah yang sempurna
Nah, ini juga kesalahan yang sering dilakukan.Β Sering pembeli rumah pertama menunggu sampai bisa membeli rumah yang sempurna. Ya memang semuanya pun inginnya seperti itu π Tapi yang perlu disadari adalah rumah pertama adalah fondasi untuk membangun aset properti bagi keluarga. Mulailah dari yang terjangkau dulu, dan berkembang kemudian.
Saya membeli rumah pertama di daerah selatan Jakarta ( bukan Jakarta Selatan, ya π ) dan kemudian menjualnya 7 tahun kemudian dengan harga hampir 4 kali lipat dan kemudian bisa membeli properti lain di Jakarta Selatan. 7 tahun tinggal di tempat yang jauh dari tempat kerja, pergi saat gelap dan pulang saat gelap jadi makanan sehari – hari. 7 tahun memperindah betis ( kata – kata kerennya dari setiap hari macet…hehehe ). Mungkin bukan rumah yang paling sempurna saat saya membelinya, tapi jadi landasan yang baik untuk perkembangan aset properti. Kuncinya…sabaaaar…heheheh…
5. Dapatkan pengetahuan yang cukup
Ini tidak bertentangan dengan no. 4 diatas, ya. Tidak selalu mencari rumah yang sempurna bagi pembeli rumah pertama, bukan berarti asal beli rumah. Dapatkan pengetahuan yang cukup, supaya bisa membeli rumah yang baik, walaupun mungkin bukan rumah yang paling sempurna. Membeli rumah itu berarti mengeluarkan uang muka yang cukup besar dan kemudian berkomitmen untuk membayar cicilannya. Pastikan bahwa kita melakukannya untuk aset yang baik.
Tulisan tentang pengen punya rumah ini saya cukupkan disini dulu. Mungkin teman – teman punya pengalaman dan tips yang bisa di share ? Sila π
Benar sekali mbak febi , seharusnya pembelian rumah pertama itu semampunya dahulu jangan terlalu terobsesi dengan pilihan yang sempurna,seperti halnya kami membantu teman teman semua untuk memiliki rumah dengan cara yang mudah dan tidak ribet,asalkan mau dan bersungguh sungguh pasti akan memiliki rumah sesuai dengan impian kita masing masing, silahkan berkunjung ke website kami untuk informasi selengkapnya tentang Solusi punya rumah :
– Kredit Rumah Tanpa Bunga
– Persyaratan kredit hanya fc.ktp dan fc.kk
– Kredit macet Uang yang sudah masuk kami kembalikan 100% tanpa potongan.
– Murni syariah 100 %
– Bisa design rumah sendiri
terima kasih ya mbak febi