Salah satu hal yang saya antisipasi dalam perjalanan kali ini adalah pertanyaan tentang hijab. 15 tahun yang lalu waktu pertama kali saya tinggal dan bersekolah di luar negeri, saya belum berhijab. Jadi, walaupun teman dan lingkungan sekitar mengetahui saya muslim, identitas sebagai muslimah tidak menempel diri saya sebagaimana saat ini dengan berhijab.
Matsue adalah kota dengan hubungan yang cukup baik dengan Indonesia. Disini bahkan ada kelompok gamelan Jawa yang dimainkan oleh orang – orang Jepang dan rata – rata mereka sudah pernah tinggal dan belajar di Indonesia. Adanya Shimane University yang menjadi wadah bagi mahasiswa dari berbagai negara pun membuat warga Matsue terbiasa dengan tampilan yang beraneka ragam.
Shimane Mosque yang berada tepat di seberang gerbang Shimane University juga merupakan nilai plus bagi muslim di Shimane dan merupakan salah satu wajah Islam di Shimane. Brother Bah dan istrinya, Sister Karima ( di tulisan lain saya akan ceritakan khusus tentang mereka ), berperan sangat besar dalam membangun komunitas muslim di Matsue dan Shimane pada umumnya. Hal ini juga yang menjadikan Islam dan muslim sudah menjadi bagian dari kota Matsue.
Berhijab bagi saya selain untuk alasan yang sangat pribadi antara saya dan Allah, juga tidak bisa tidak membawa konsekuensi bahwa saya bukan lagi hanya “Febi” saja, akan tetapi juga menjadi wajah dan representasi muslimah bagi orang lain yang melihat saya. Sadar atau tidak sadar, ada dakwah yang perlu untuk dilakukan, paling tidak dengan menjaga perilaku tetap di jalurNya saat sudah memutuskan untuk berhijab. Dan ini menjadi lebih penting saat kita harus berada di tempat dimana muslim adalah minoritas.
Banyak pertanyaan yang saya dapatkan tentang hijab yang saya kenakan, terutama dari teman – teman wanita baru di Matsue. Ada yang menanyakan mengapa saya harus mengenakan hijab. Kemudian pertanyaan lain adalah apakah saya harus terus – terusan mengenakan hijab atau tidak ? Bagaimana kalau saya melakukan olahraga ? Apakah memungkinkan berolahraga dengan berhijab ? Apa saja bagian tubuh yang harus tertutup ? Bagaimana cara mengenakan hijab ?
Suami saya, Yoga, yang sudah fasih berbahasa Jepang, banyak membantu saya menjawab pertanyaan – pertanyaan tentang hijab. Karena faktor kefasihannya juga, banyak orang Jepang yang tidak takut untuk menanyakan banyak hal karena Yoga-san bisa menjawab dengan bahasa yang mereka pahami. Juga untuk pertanyaan – pertanyaan tentang hijab yang mungkin sudah lama ingin mereka tanyakan.
Maka setiap kali saya keluar rumah, saya selalu mengingatkan diri bahwa hijab yang saya kenakan disini adalah juga bentuk dari dakwah kecil saya. Semangat berhijab saya seperti terbarukan kembali dan dikuatkan kembali. Hikmah dari Allah memang luar biasa. Dan saya bersyukur bahwa kali ini, selain berperilaku sebagai seorang muslim, saya bisa lebih memperlihatkan identitas sebagai muslimah dimanapun saya berada karena hijab yang saya kenakan. Berhijab melengkapi diri saya…