Kalau mau jujur, motivasi untuk bicara keuangan dengan calon pasangan apa sih ? Kebanyakan hanya untuk tujuan – tujuan praktis saja. Dan jangan salah paham, ya. Tujuan praktis itu penting, tapi jangan dilupakan juga ada tujuan yang lebih filosofis dalam membicarakan tentang uang dengan calon pasangan.
“Filosofis ? Haduh, berat amat bahasannya, Teh !?!”. Ehm…ini kan mau nikah, ya….perjanjian di hadapan Allah insya Allah sampai maut memisahkan. Tanggung jawab dunia akhirat. Kelak akan diminta pertanggungjawabannya. Yes, this is serious matter ! Dan menikah bukan main – main. Proses menjadi sahnya hanya dalam hitungan menit, tanggung jawab mulai dari situ, sampai di yaumil akhir. Catet, ya…
Nah, semangat untuk membicarakan keuangan ini harus dalam semangat untuk kebaikan. Saling mengingatkan dalam kebaikan, saling mengingatkan karena sayang. Jangan ada motif lain, apalagi hidden agenda, apalagi kalau menikah justru karena ada apa2nya di pihak yang lain.
Tulus dan ikhlas dalam melangkah menuju jenjang pernikahan itu penting. Apa ada yang menikah karena motif ekonomi ? Ya. Ada. Dan ini berlaku untuk pria dan wanita, ya. Jangan salah….jaman sekarang sikap materialistis sudah lebih terbuka menembus batas gender. Sayangnya mereka belum paham bahwa pria keren itu adalah pria yang bangga bisa berikan nafkah untuk anak istri dan wanita yang baik adalah wanita yang senang menjaga diri, menjaga dan mengelola rumah tangga dan harta suami. Awali dengan kebaikan dalam pernikahan.
Nah, membicarakan uang untuk calon pasutri memang susah -susah gampang. Apalagi langsung bicara ke angka. Ini sering sensitif. Oleh karena itu, dengan semangat kebaikan, mulailah dari mesinkronkan visi keuangan dalam rumah tangga. Bukan dari angka dulu, ya…angka itu akan mudah dibicarakan kalau visinya udah nyambung…
Yang pertama yang harus disadari oleh calon pasutri adalah bahwa harta yang baik adalah harta yang berada di tangan orang yang sholeh. Catet, ya…titik beratnya itu di ORANGnya. Bukan di hartanya. Faktor manusia yang membuat sehingga harta tersebut bisa jadi manfaat, musibah, mudharat, bahkan maksiat. Serem ? Ya memang begitu adanya 🙂 Dan setiap keping harta akan diminta pertanggungjawabannya ! Lebih serem ? Alhamdulillah kalau merasa serem 🙂 Insya Allah akan takut utk perilaku gak sholeh yang berhubungan dengan harta. Insya Allah akan takut korupsi, takut ambil hak orang, takut pekerjaan gak halal, takut praktek bisnis gak halal dan dzalim. Bagus !
Yang kedua, sadari bahwa tidak ada keberkahan dalam harta yang haram. Nah, ini penting. Bukan hanya seberapa banyak harta yang ada pada kita, tapi seberapa banyak yang kita paham persis memang halal. Selalu muhasabah, introspeksi…halalkah harta ? Dan kesadaran itu harus dilatih. Belajar untuk tidak silau dengan jumlah harta. Tetap sadar bahwa yang halal itu lebih baik walaupun sedikit. Nah, apalagi yang halal dan banyak. Alhamdulillah 🙂
Kita patut bersedih karena tingkat korupsi di negara ini udah sampai tingkat juara. Nah, harapan ada di generasi yang muda – muda, pembentuk keluarga sebagai unit ekonomi yang terkecil. Bentuk keluarga yang sadar harta halal, anti perilaku koruptif, mengejar berkah dan bukan cuma jumlah nol di belakang angka uang…ini cikal bakal Indonesia yang akan lebih hebat ! Bukan cuma teriak protes dan anti korupsi, tapi take charge, bentuk keluarga yang anti korupsi. Keren !
Yang ketiga, sadari bahwa suami / istri itu adalah pasangan untuk saling mengingatkan. Dalam hal ini salah satunya adalah untuk cek dan ricek, saling mengingatkan kehalalan uang dan harta di dalam rumah tangga. Dan ini gak akan bisa tanpa nyaman dan terbuka bicarakan uang.
Suami tidak boleh tersinggung apabila ditanya, “Uang ini dari mana ?” dan istri harus biasakan untuk nyaman tanyakan itu. Juga, apabila istri berkarir di luar rumah, jangan tersinggung apabila suami juga bertanya tentang penghasilan yang didapatkan. Walaupun penghasilan itu sepenuhnya merupakan hak istri. Karena suami yang bertanggung jawab kelak akan semua langkah dan tindakan istri di hadapan Allah. Semangatnya ingat Allah aja, dan wujudkan itu dalam semangat kebaikan antara calon pasangan suami istri.
Sepanjang pernikahan suami dan istri harus saling mengingatkan, menanyakan, bermuhasabah, dan saling jujur akan kehalalan harta dan uang yang dihasilkan baik dari bekerja, berusaha dan lain sebagainya. Sekali lagi, ya….semangatnya bukan untuk hal – hal yang negatif atau hidden agenda. Semangatnya adalah karena ingat Allah, karena ingin melakukan kebaikan. Saling mengingatkan karena sayang….