Memulai dengan langkah baik, dan tidak salah langkah dari awal, merupakan salah satu kunci dari keuangan #pranikah. Walaupun kita yakin tidak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki sama, ada baiknya kita berupaya supaya tidak salah langkah dalam merencanakan keuangan #pranikah, menghindari terbuangnya waktu dan energi untuk kesalahan yang sebenarnya bisa kita ambil hikmahnya dari pengalaman orang – orang lain sebelum kita dan juga dari ilmu yang bisa dipelajari.
Persiapan keuangan #pranikah tidak berhenti sampai merencanakan ijab kabul dan melaksanakan perta pernikahan saja. Ouwhhh…no…no…no ! Saat para saksi mengucap “Sah !” maka itulah kehidupan baru yang sesungguhnya dimulai. Perjalanan baru, tugas dan tanggung jawab baru, dinamika kehidupan yang baru. Dan perjalanan hidup baru ini akan diisi oleh banyak peristiwa yang perlu diantisipasi, pengalaman yang harus dijalani dan mungkin juga kesalahan – kesalahan yang bisa dipelajari dan diambil hikmahnya.
Memasuki pernikahan bukan memasuki zona bebas masalah, akan tetapi memasuki zona mencari solusi, zona belajar, zona mencinta dan zona ibadah. Be ready 🙂 Enjoy the journey ! Bismillah….
Ada 3 titik kritis keuangan #pranikah, dimana ketiganya perlu untuk dipikirkan saat calon pasangan sudah mantap ingin menikah. Untuk yang single berkualitas, simak juga neeeh…heheheh….siap tidak siap sebaiknya siap. Itu deh semboyan kita 🙂 Siapa tahu Allah kasih jodoh cepat dan segera…nah, sudah siap, deh…
Apa saja titik kritis keuangan #pranikah itu ? Ada 3, yaitu :
Titik Kritis #1 : Biaya Pesta Pernikahan
Biaya ijab kabul resmi dari pemerintah relatif terjangkau. Mau menikah mudah, murah dan tidak harus repot cari jadwal penghulu ? Menikah hari kerja langsung di di kantor KUA nya. Seriously, Daripada weekend, tunggu jadwal penghulu yang penuh apalagi di bulan – bulan ramai pernikahan. Sekedar saran, lho 🙂
Mahar yang wajib diberikan, untuk pihak wanita sudah ada tuntunan, kan ? Jangan yang memberatkan. Intip tuh kemampuan calon suami. Jangan meminta yang di luar kemampuan dia.
Kalau mengambil pendekatan yang basic banget, 2 biaya inti sebenarnya tidak mahal. Nah keseruan dimulai saat merencanakan pesta pernikahan. Disinilah salah satu lirik lagi Bengawan Solo berubah bunyi :…uang mengalir sampai jauuuuuuh…..hehehehe….
Tidak sedikit yang merencanakan pesta pernikahan berdasarkan gengsi dan bukan berdasarkan kemampuan. Tidak sedikit yang melaksanakan pesta pernikahan berbalut hutang. Tidak sedikit yang setelah pesta pernikahan usai, maka kegembiraan berganti dengan kepusingan dalam membayar pengeluaran yang sudah dilakukan untuk pesta.
Buatlah pesta pernikahan sesuai kemampuan dan secukupnya saja. Jangan sampai jatuh kepada berlebih – lebihan. Jangan sampai terdapat banyak kemubadziran didalamnya. Banyak yang bilang, pesta pernikahan kan sekali seumur hidup ! HArus yang terbaik ! Ya, mari kita tinjau lagi kriteria yang terbaik itu seperti apa ? Kalau sampai memaksakan diri, apalagi kemudian malah di luar kemampuan, maka itu bukan pesta pernikahan terbaik. Sebaliknya, itu jalan “terbaik” untuk menghampiri masalah setelah pernikahan. Satu pintu masalah sudah terbuka lebar.
Titik Kritis #2 : Biaya Tahun Pertama Pernikahan
Memasuki hidup baru. Pasti banyak perubahan. Itu tidak bisa dihindari. Dari 2 orang yang terpisah, menjadi 2 orang yang bersama. Dari status sebagai anak, sekarang sudah ada tanggung jawab istri & mengurus suami. Dari 2 orang jadi 1 keluarga. Kegiatan berbeda, kebutuhan berbeda, konsekuensi secara finansial juga beda.
Kalau akan tinggal di rumah atau kota yang berbeda, harus dipikirkan biaya untuk pindahan, mungkin mengontrak, mungkin langsung pindah ke rumah baru. PAsti ada biayanya. Lalu misalnya setelah menikah, sang wanita berhenti bekerja, biaya transisi dan persiapan single income, itu juga akan nyata ada. Maka antisipasi biaya – biaya yang akan dikeluarkan di tahun pertama pernikahan sebagai masa penyesuaian awal hidup berumah tangga. Berkaitan dengan titik kritis #1, amboi alangkah pusingnya apabila tahun pertama diisi dengan kerepotan membayar hutang bekas pesta pernikahan. Jangan lakukan kesalaha itu….yang sudah sudah banyak yang menyesal….
Titik kritis #3 : Biaya Persiapan Buah Hati
Menikah cepat ? Langsung punya anak ? Gak masalah ! Berarti siap – siapnya lebih awal. Sadari itu dan buat rencana keuangan #pranikah yang mengakomodasi rencana itu. Jadi jelas fokusnya. Menyiapkan untuk diberi amanah oleh Allah. Sampai sejauh mana kesiapannya ? Tuntunan agama adalah para ayah memberikan sandang pangan papan saat para ibu mengandung, menyusui, mengasuh anak – anak. Dan jangan sampai menyempitkan hati mereka karena kesulitan. Para ayah Ikhtiarkan yang terbaik, perencanaan salah satunya. Para ibu sikapi dengan luaskan sabar. Kalau visinya sudah nyambung, bicara uang dan angka tidak sulit 🙂
Dengan sadari titik2 kritis perencanaan keuangan #pranikah, maka langkah yang akan diambil bukan hanya berorientasi hari ini saja, tapi juga sudah menjangkau beberapa langkah ke depan. Sudah ada ilmunya, bisa belajar dari kesalahan orang2 sebelum kita, maka merencakanan lebih baik dan melaksanakan lebih baik adalah sangat mungkin dilakukan.