Salah satu pertanyaan sensitif memang adalah masalah umur. Banyak yang tidak suka ditanya umur, bagi banyak orang pertanyaan umur yang dilontarkan di saat yang tidak tepat bisa berakibat runyam. Belum lagi memang ada norma kesopanan yang harus dijaga pada saat pertanyaan tentang umur ini perlu ditanyakan.
Bagi saya, pertanyaan tentang umur ada tempat dan waktunya. Tidak semua orang perlu untuk tahu umur orang lain, tapi ada juga pertanyaan tentang umur yang memang penting untuk dijawab sejujurnya. Saat pemeriksaan kesehatan misalnya. Menyebutkan umur yang sebenarnya sangat penting untuk membantu dokter dalam memeriksa kesehatan anda.
Walaupun saya sepakat bahwa pertanyaan tentang umur itu apabila ditanyakan dengan tidak tepat bisa dianggap kurang sopan, tapi saat menjawab tentang umur adalah penting untuk jujur akan usia sebenarnya. Kemudaan, usia muda dan penampilan yang awet muda merupakan hal yang disukai bukan hanya oleh wanita tapi juga oleh pria. Tapi pada dasarnya kita semua menuju pada satu arah pasti : kematian. Dan salah satu cara untuk menyadari hal tersebut adalah dengan menyadari secara jujur berapa usia kita saat ini sehingga bisa menghitung kira – kira berapa banyak lagi waktu yang tersisa. Bisa kita ambil patokan usia Rasulullah, yaitu 63 tahun.
Bagi saya berarti mungkin ada 23 tahun lagi kehidupan yang tersisa. Tidak banyak waktu lagi. Sebagian besar kehidupan sudah dijalani dan di usia 40 tahun ini, sepertinya kebangetan kalau masih belum berfikir apa yang akan dilakukan di paruh kedua kehidupan yang tinggal sebentar lagi ini.
Ya, perwakilan dari akhirat sudah berdatangan pada saya. Uban, keriput, kekuatan fisik yang sudah tidak seperti di usia 20-an lagi. Semua itu adalah pengingat….mencolek – colek saya setiap hari…mengingatkan “Hey, Febi….aku ( maut ) sudah dekat !”
Maka seperti orang yang sedang mempersiapkan perjalanan panjang yang lebih abadi dari dunia ini, seperti itulah mindset saya saat memasuki usia 40. Lebih selektif. Apa yang kira – kira akan terbawa ke akhirat, itu yang saya tekuni terus. Apa yang kira – kira tidak akan terbawa, sudah tidak saya pusingkan lagi. Buang, abaikan, lupakan, ikhlaskan. Hidup jadi lebih ringan dan fokus. Selalu ada cek dan ricek dengan kematian. Dalam banyak hal, saya menyukai kehidupan saya di usia saat ini.
Jujur, sebagai manusia, saya punya ketakutan yang besar akan kematian. Suka atau tidak suka kematian itu dekat. Dan apabila sudah waktunya, maka tidak ada yang bisa menolak. Sebagai muslim, saya berdoa untuk akhir yang baik, khusnul khotimah. Dan itu semua tidak bisa dicapai kalau tidak dengan menjalani hidup yang baik dan bertakwa.
Setiap kali kita disadarkan akan umur, saat itu pula diingatkan akan sisa umur yang mungkin masih tersisa untuk kita. Diingatkan bahwa kita bergerak detik demi detik mendekati kematian, mungkin diberi kesempatan menua, mungkin tidak. Jujur dengan umur adalah jujur akan kehidupan, jujur pula mengakui, bahwa mungkin waktu kita tak bersisa banyak di dunia ini.