“To Him belongs what is in the heavens and what is on the earth and what is between them and what is under the soil.” ( At- Thaha : 6 )
“And to Allah belongs whatever is in the heavens and whatever is in the earth – that He may recompense those who do evil with [the penalty of] what they have done and recompense those who do good with the best [reward] -” ( An-Najm : 31 )
“Unquestionably, to Allah belongs whoever is in the heavens and whoever is on the earth. And those who invoke other than Allah do not [actually] follow [His] “partners.” They follow not except assumption, and they are not but falsifying” ( Yunus : 66 )
Berulang – ulang dan tidak akan pernah cukup rasanya mengingatkan diri bahwa semua ini milik Allah, punya Allah. Gampang diucapkan, sulit dijalankan, apalagi kalau tidak menjalani hidup dengan sadar. Apalagi kalau sudah dibuai kelapangan harta. Amboiiii…
Banyak yang lulus ujian kesulitan, tapi belum tentu lulus ujian kesenangan. Banyak yang merasa bahwa hartanya adalah hasil dari ilmunya, kepintarannya, kepiawaiannya. Seperti Qarun yang sombong di hadapan Allah. Lupa meniru Nabi Sulaiman yang menyadari bahwa hartanya adalah karunia Allah untuk mengujinya apakah akan bersyukur atau mengingkari nikmatnya. Sama – sama banyak harta, beda keimanan, beda hasil.
Kalau percaya bahwa harta milik Allah, maka harusnya tidak hanya menjadikan harta sebagai urusan dunia saja. Seharusnya kita peduli seberapa amanah kita sejauh ini akan titipan Allah tersebut. Seharusnya kita selalu bermuhasabah tentang harta dan keuangan kita. Seharusnya tak lelah menggali ilmu agar diri lebih cerdas sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sudahkah ?