Alasan “gak cocok” sering jadi alasan yang general untuk menggambarkan tidak klopnya suami dan istri dalam menyikapi keuangan dalam keluarga. Come on, siapa sih pasangan yang cocok 100 persen ? Kalau kata suami saya, sih…kalau mau cocok banget, ya kawin aja sama diri sendiri…heheheh…alias sendirian aja….karena kalau dengan pasangan, salah satu hal yang pasti adalah adanya ketidakcocokan.
Ketidakcocokan dalam hal menyikapi keuangan antara suami istri itu adalah suatu hal yang biasa saja. Memang ada yang ketidakcocokannya besar, ada yang kecil. Menyikapinya ya harus proprosional. Kalau kita ingat dari bahasan #pranikah, maka ada masalah2 yang ekstrim dalam keuangan yang perlu diantisipasi. Masalah besar jangan dianggap remeh, masalah kecil jangan dibesar – besarkan. Untuk masalah ekstrim, maka perlu dipertimbangkan lagi keputusan untuk menikah. Untuk hal ini sudah dibahas. Untuk reminder, bisa membaca kembali Siap Mental Cari Solusi
Tidak bisa dipungkiri, memang suami dan istri pasti berbeda. Dan pernikahan adalah proses untuk belajar, berkompromi, mengalah, bersabar dan hal – hal baik lainnya. Seharusnya pernikahan membuat pasangan semakin baik bersama. Dan karena itu menikah disebut sebagai bagian dari ibadah, karena memang ada perjuangan didalamnya. Dan ini dialami semua pasangan.
Suami istri pun memang mempunyai tipe yang berbeda dalam hal keuangan. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman dan pemahaman dalan hal keuangan. Faktor keluarga dan bagaimana uang dipersepsikan saat tumbuh kembang sampai dewasa dan kemudian menikahpun menjadi bagian yang penting dari kepribadian keuangan seseorang. Saling pahami dulu itu sebagai suami istri.
Ketidakcocokan yang sering menjadi penyebab banyak pertengkaran, dan bahkan perpisahan dalam pernikahan, pada dasarnya adalah perbedaan yang tidak dikelola dengan baik. Hanya berkonsentrasi pada mencari yang beda saja, tanpa mencari apa yang bisa disamakan, dikompromikan, dimengerti, dicari solusinya. Dicari apa common ground yang bisa jadi pijakan melangkah bersama ke depan yang lebih baik.
Pada saat anda merasa, “Wah, memang gak cocok nih sama suami / istri dalam uang. Udah susah, deh. Gak akan ada solusinya”…ingat, bahwa kata – kata anda adalah doa anda. Sikap negatif tidak akan membuahkan hasil positif. Attitude seperti ini tidak akan mempermudah pasangan manapun untuk menemukan solusi dan menjadi lebih cocok.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pasangan untuk mencoba mencari common ground saat dirasakan ada hal – hal yang tidak cocok dalam hal keuangan :
#1. Cobalah untuk memposisikan diri anda di posisi pasangan. Lihatlah dari sudut pandang pasangan. Sisihkan sejenak diri anda.
#2. Melihat apa alasan dari suatu tindakan yang dilakuan oleh pasangan dengan menggunakan lebih banyak empati. Jangan terlalu mudah menghakimi.
#3. Menghargai apabila pasangan mengemukakan bahwa dia merasa ada masalah keuangan. Jangan cepat mengabaikan pendapat pasangan karena kita sendiri merasa baik – baik saja.
#4. Apabila harus berdebat, berdebatlah sebagai orang dewasa. Gunakan batas waktu. Jangan ngomel seharian, atau saling menyindir berhari – hari. Set waktu, berhadapan, kemukakan dengan jelas.
#5. Solusi tidak akan ditemukan dengan saling menyalahkan dan saling mengkritik. Bagi #pasutri, semua masalah adalah masalah bersama. Sadari, cari solusinya. Lakukan dengan cara yang baik.
#6. Berhenti untuk berputar – putar dalam masalah keuangan. Hadapi saja, karena cepat atau lambar harus dihadapi. Penundaan akan memperuncing hal – hal yang dirasakan sebagai ketidakcocokan.
#7. Kembali ke tujuan awal. Menikah apa tujuannya ? Bersusah payah mencari rejeki apa tujuannya ? Samakan tujuan bahwa semua ini adalah untuk mencari ridha Allah. Itu dulu common groundnya. Sama2 mendudukkan diri sebagai hamba Allah. Supaya ego terkendali.
Maka jangan terlalu mudah untuk meng-klaim bahwa anda tidak cocok dengan pasangan dalam hal keuangan. Boleh jadi hanya perbedaan wajar yang tidak dikelola dengan baik. Cari common ground bersama ,dan common ground dalam pernikahan itu bukan hanya yang didasarkan pada ilmu, tapi juga karena iman. Tanpa ilmu dan iman, perbedaan akan makin runcing dan godaan untuk tidak bersusah payah mencari solusi akan semakin besar. Hasilnya sudah dapat kita bayangkan seperti apa….