Berbicara uang antara suami istri itu sering susah – susah gampang. Ada yang bisa leluasa membicarakan uang, ada yang masih penuh sungkan, ada yang memilih pendekatan minimalis 🙂 Seminimal mungkin bicara tentang uang dengan pasangan. Pokoknya, suami setor gaji ke istri, setelah itu silahkan istri mengatur dari A – Z lebih kurangnya.
Berbicara tentang uang dengan pasangan, merupakan hal yang tidak secara otomatis bisa lancar begitu ijab kabul diucapkan. Keahlian mengelola rumah tangga tidak didapatkan otomatis begitu menyandang status istri, dan pengertian tentang keuangan keluarga juga tidak didapatkan otomatis setelah berstatus suami. Ini merupakan keahlian yang harus dipelajari. Bukan hanya oleh istri sebagai menteri keuangan di rumah tangga, tapi juga suami sebagai pihak yang wajib memberi nafkah kepada keluarga.
Kesalahan pertama yang sering dilakukan oleh pasangan adalah tidak membicarakan masalah keuangan secara proaktif. Atau tidak pernah membicarakan keuangan. Titik. Akibatnya, uang akan dibicarakan pada saat sudah ada masalah keuangan, atau merasa ada masalah keuangan. Sebelum itu, pasangan biasanya saling berasumsi bahwa keadaan baik – baik saja.
Pada saat uang baru dibicarakan saat ada masalah, maka lekatlah stigma “masalah keuangan” dalam keluarga. Membicarakan uang akan identik dengan timbulnya masalah baru, pertengkaran dan ketegangan antara pasangan.
Harus disadari, bahwa suami istri mempunya tanggung jawab yang sama dalam memastikan bahwa harta yang masuk ke dalam rumah tangga adalah berasal dari sumber yang halal dan baik dan dipergunakan untuk hal – hal yang halal dan baik pula. Untuk tetap saling mengingatkan akan amanah ini, suami istri perlu untuk mulai berbicara tentang uang dalam keadaan yang tenang, sikap yang sehat dan situasi yang dibuat kondusif. Bukan saat masalah sudah timbul.
Kesalahan kedua yang dilakukan oleh pasangan suami istri dalam hal keuangan selain tidak atau kurang bicara tentang keuangan adalah : tidak punya catatan keuangan. Catatan keuangan ini sering dianggap enteng dan tidak penting, tapi ini adalah referensi bagi pembicaraan keuangan antara suami istri, supaya pembahasan mengacu pada hal yang sama. Sama – sama mengetahui kemana uang dibelanjakan, berapa kurang nya, atau berapa lebihnya. Ada angka yang bisa dilihat dan bukan kira – kira atau rasa – rasanya saja.
Kesalahan ketiga yang sering dilakukan oleh pasangan suami istri adalah tidak cukup waktu atau tidak menyisihkan waktu untuk berbicara masalah keuangan. Sehari semalam bisa 12 waktu dihabiskan pasangan untuk hal – hal yang berhubungan dengan pekerjaan, akan tetapi tidak tidak menyisihkan 15 menit pun per minggu untuk duduk bersama membahas masalah keuangan. Akibatnya, keuangan keluarga mengalir saja dari bulan ke bulan, tanpa adanya konsolidasi di dalam keluarga. Rapat di kantor yang hanya mengurus perusahaan saja bisa berjam – jam, mengurus keuangan keluarga yang urusannya dunia akhirat selalu rasanya tidak sempat 🙂
Bagi yang sekarang baru akan menikah, bersiaplah dengan sikap positif untuk bicara tentang keuangan dengan pasangannya kelak. Bagi yang sudah menikah dan masih GTM ( gerakan tutup mulut ) dengan pasangannya tentang masalah keuangan, gak ada orang lain kok yang akan membicarakan keuangan anda selain anda dan pasangan, jadi mulailah berbicara. Bagi yang masih mencatat keuangannya dalam pikiran saja, dan berharap pasangannya akan paham dengan cara telepati, percayalah, pasangan tidak akan paham. Mulailah untuk mencatat dengan baik. Dan bagi yang sempat rapat berjam – jam di kantor untuk mengurus pekerjaan dan bisnis, tapi selalu tidak punya waktu untuk bicara keuangan dengan pasangannya…please, deh…beneran gak punya waktu ?
Yuk bicara keuangan dengan pasangan dengan sikap yang sehat. Ini urusannya dunia dan akhirat….