Efek Psikologis Dari Utang Piutang

“Janganlah kalian membuat takut diri kalian sendiri padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.” Para sahabat bertanya: “Apakah itu wahai Rasulullah ? ”Rasulullah menjawab : “Itulah utang !” (HR. Ahmad, Silsilah Ash Shalihah No.2420)

Uang membuat dunia berputar. Uang pula yang sering membuat pusing tujuh keliling. Bagi sebagian besar kita, tiada hari yang terlewat tanpa transaksi keuangan. Transfer uang, mengecek saldo online, membayar tagihan dan lain – lain.

Uang masuk dan keluar dengan cepat seperti di jalan bebas hambatan. Dan terkadang, dengan kecepatan transaksi yang kita lakukan, sangat mudah untuk lepas kendali.

Kegiatan ekonomi yang kita lakukan, sedikit banyak akan berpengaruh pada kondisi psikologis kita. Baik itu kegiatan belanja yang mungkin membuat bahagia, membayar tagihan yang membuat stress ataupun perasaan yang muncul saat kita terlibat dalam utang piutang.

Khusus tentang utang piutang, hal ini ternyata memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada kondisi psikologis kita. Sebuah survey yang dilakukan oleh The Ascent di Amerika Serikat terhadap 1000 orang responden yang memiliki utang, mungkin bisa memberikan sedikit penjelasan tentang hubungan antara kebahagiaan, rasa puas ( satisfaction ), kebanggaan diri dan kesulitan keuangan, sebagai berikut :

  • 56 % mengatakan bahwa uang dapat memberikan kebahagiaan sampai batas tertentu. 17% mengatakan bahwa uang dapat memberikan kebahagiaan. 8 % mengatakan bahwa uang sama sekali tidak bias memberikan rasa puas.
  • Sebagian besar dari respoden mengatakan bahwa mereka puas dan bahagia dengan hidupnya, walaupun, mereka yang memiliki utang merasa bahwa proses yang harus mereka lakukan dalam mencapai kebahagiaan hidup sedikit lebih sulit.

70% dari mereka yang memiliki utang mengatakan bahwa mereka merasa puas dengan hidup mereka. Sementara, responden yang tidak memiliki utang, 83% merasa puas dengan hidup mereka.

  • Utang terkadang tidak terhindarkan. Dari berbagai jenis utang, 86% responden dengan utang kepemilikan rumah ( KPR )menyatakan puas dengan hidupnya, sementara responden dengan utang kartu kredit dan utang pribadi hanya 75% yang puas dengan hidupnya.
  • Terhadap responden yang tidak memiliki utang, 57% menyatakan mereka telah menjalankan hidup yang penuh dan utuh. Sementara, hanya 42% dari responded yang memiliki utang merasakan hal yang sama.
  • 60% responden yang tidak memiliki utang mereka bahwa mereka menemukan potensi diri mereka yang sepenuhnya, dibandingkan dengan 49% responden yang memiliki utang.
  • Responden yang tidak memiliki utang lebih mudah untuk mempertahankan rasa bahagia karena pencapaian dalam hidup mereka, walaupun, dalam penelitian yang dilakukan, perbedaan antara mereka yang memiliki utang dan tidak memiliki utang tidak terlalu besar ( 63% vs 71% )

Salah satu penelitian lain oleh Pew Research Center menyatakan bahwa keluarga, karir dan uang adalah tiga hal utama yangmembuat kehidupan seseorang berarti. Utang sebagai hal yang berhubungan dengan uang, dapat mengurangi rasa keberartian hidup dari seseorang.

Utang juga dapat menciptakan batasan dalam hidup seseorang, baik secara fisik maupun secara mental. Orang yang memiliki utang akan cenderung lebih mudah merasa kurang optimis, kurang percaya diri, bahkan menemukan kesulitan dalam menentukan arah kehidupan mereka.

Utang juga menyebabkan seseorang lebih sering memikirkan tentang keadaan keuangannya. Kecemasan tentang uang, terutama tentang uang, cenderung untuk menetap lebih lama dalam pikiran seseorang dibandingkan dengan kecemasan tentang hal lain. Penelitian tersebut diatas menyatakan bahwa hampir ¾ dari orang yang memiliki utang memikirkan tentang beban utangnya lebih sering daripada seharusnya. Bahkan 28 % dari responden penelitian mengatakan bahwa mereka memikirkan tentang beban utang mereka setiap hari.

Mereka yang berutang, terutama saat utangnya mulai menumpuk, cenderung memiliki rasa bersalah dan bahkan menyalahkan situasi atau orang lain atas kondisinya. Hutang tidak terjadi dengan instan, tapi biasanya terjadi pelan – pelan dan berangsur – angsur. Bergantung pada jenis utang yang dimiliki, beragam pula rasa bersalah yang dimiliki seseorang.

Utang kartu kredit merupakan utang yang paling berhubungan dengan rasa bersalah. 49% responden menyatakan bahwa mereka lah yang paling bersalah atas utang kartu kredit yang dimiliki. Kebanyakan dari mereka harus bersusah payah untuk keluar dari siklus utang dan membayar tagihan kartu kredit tepat waktu.

Rasa malu juga dihubungkan dengan utang. Terutama utang yang berhubungan dengan biaya kesehatan. Lebih dari ¾ responden yang memiliki utang karena biaya kesehatan merasa malu akan kondisinya.

Jika dilihat dari keseluruhan hasil penelitian, sebenarnya tidak ada jenis hutang yang cukup nyaman di mata responden untuk dimiliki. Semua utang menyebabkan rasa bersalah ataupun rasa malu dengan derajat yang berbeda – beda. Bahkan kredit kepemilikan rumah pun menimbulkan rasa malu bagi 57% responden, dimana mereka merasa bahwa mereka harus berutang untuk memiliki rumah.

Dapat disimpulkan dari 2 penelitian diatas, bahwa efek psikologis dari utang terhadap seseorang tidak dapat dipandang ringan. Manajemen utang yang baik merupakan hal yang perlu dilakuan oleh siapapun yang ingin berkomitmen terhadap sebentuk utang atau kredit. Kondisi awal dari kesehatan keuangan seseorang juga mempengaruhi keputusan keuangan yang dilakuan. Utang tidak bisa dipandang sebagai hal yang remeh, dan keputusan untuk berutang perlu dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Utang bukan hanya masalah uang, tapi perlu diingat efek psikologis, mental dan fisik dari berutang yang tidak bisa dipandang enteng. Semua hal ini akan berpengaruh besar pada kualitas hidup yang dimiliki seseorang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *