Utang Piutang dan Hubungan Keluarga

Utang piutang dan kualitas hubungan keluarga ternyata sangat berhubungan erat. Baik itu hubungan antara suami istri maupun hubungan antara anggota keluarga dan kerabat. Masalah keuangan secara umum merupakan pemicu masalah dalam hubungan keluarga. Secara kasat mata, kita sering melihat dan mendengar pertengkaran dan percekcokan karena masalah keuangan antara suami istri. Juga rusaknya silaturahmi antara keluarga dan kerabat karena masalah keuangan.

Dalam Family Stress Model yang dikembangkan dalam serangkaian studi di Amerika Serikat, kesulitan ekonomi adalah pemicu utama dari tekanan ekonomi. Tekanan ekonomi akan cenderung menyebabkan masalah emosi dan perilaku dari pasangan. Hal ini akan tercermin pada 2 area yaitu pertama, kekerasan dan konflik pada pasangan. Kedua, pasangan menarik diri dan saling menjauh. Pada akhirnya, rangkaian peristiwa ini akan menyebabkan menurunnya kualitas dan stabilitas dalam hubungan suami istri.

Bagaimana dengan pengaruh utang dalam suatu hubungan ? Utang dalam keluarga bisa dibagi 2 kategori, yaitu pertama, utang piutang yang berhubungan dengan lembaga keuangan,  seperti : utang pembiayaan kepemilikan rumah, apartemen, kendaraan, utang kartu kredit dan sejenisnya. Kedua, utang piutang yang terjadi antara anggota keluarga, teman dan atau kerabat. 

Tingkat stress yang dihasilkan dari utang juga berbeda. Pada utang / kewajiban yang bersifat rutin, ada tingkat stress tertentu yang bisa lebih diprediksikan, dengan asumsi bahwa utang / kredit / pembiayaan tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan. Sedangkan untuk utang piutang yang bersifat insidentil, ada risiko tingkat stress yang lebih tinggi, yang akan mempengaruhi kualitas hubungan, apalagi kalau utang tersebut mulai menimbulkan konflik.

Keluarga yang memiliki utang, juga akan cenderung untuk bekerja dengan waktu yang lebih panjang, atau mungkin memiliki lebih dari 1 pekerjaan. Hal ini menyebabkan kurangnya waktu bagi keluarga dan pasangan tersebut yang akan berkontribusi pada penurunan kualitas dan stabilitas hubngan keluarga dan pasangan.

Utang yang tidak dikelola dengan baik, mengambil pinjaman / pembiayaan di luar kemampuan, menyebabkan pembicaraan tentang uang dalam keluarga rentan konflik dan friksi. Hal ini pun dapat menurunkan kualitas hubungan keluarga.

Utang dan hubungan dalam keluarga juga bisa saling mempengaruhi. Pertama, utang, terutama utang yang bermasalah mempengaruhi kualitas dan stabilitas hubungan. Kedua, menurunnya kualitas dan stabilitas hubungan dapat memicu terjadinya utang yang lebih besar.

Mari kita bahas yang kedua, saat kondisi utang dipicu oleh apa yang terjadi pada hubungan. Perceraian, salah satu contoh peristiwa besar dalam hubungan suami istri, dapat menjadi pemicu akumulasi utang. Pada perceraian, sering terjadi apa yang disebut sebagai “tsunami keuangan”, yang diantaranya adalah : kehilangan sumber pendapatan, harus dibaginya set yang sering dilakukan dalam bentuk penjualan asset, biaya – biaya yang harus dikeluarkan terkait perceraian dan kerugian – kerugian ekonomi karena konflik – konflik perceraian.

Pada kasus perceraian, bias jadi salah satu pihak atau kedua belah pihak secara ekonomi akan mengalami perubahan drastic. Dan banyak yang dalam melanjutkan kehidupannya, mengandalan utang untuk menghadapi situasi yang berubah tersebut.

Utang juga bisa terjadi karena seseorang tiba – tiba harus menanggung utang anggota keluarganya. Contoh : anak yang tiba – tiba harus menanggung utang orang tuanya, atau sebaliknya, orang tua yang terpaksa harus menanggung utang anaknya. Bisa dibanyangkan apabila hal ini terjadi, maka sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Dan dalam situasi ini, seringkali menjadi lebih rumit apabila misalnya anak telah memiliki pasangan, atau ada anak lain yang keberatan apabila orang tua menanggung  utang salah satu anaknya.

Terakhir, yang sering juga menyebabkan utang dan terakumulasinya utang adalah apabila terjadi kekerasan finansial dimana salah satu pihak menutup, membatasi atau menguasai keuangan keluarga, sehingga pihak lain kesulitan dalam memenuhi keperluannya. Pihak yang mengalami kekerasan finansial sering diam – diam harus berutang tanpa pengetahuan pihak lain, dan dalam seperti situasi seperti ini akan sangat mudah untuk masuk dalam siklus utang yang berkepanjangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *