Sekian Milyar…Sekian Milyar…

Pastinya, bagi yang sudah pernah mengikuti seminar atau training atau bahkan tulisan tentang perencanaan keuangan, akan familiar dengan perhitungan – perhitungan perkiraan kebutuhan dana di masa depan. Banyak yang curhat : ” Teteeeh…aku liat angka sampe milyar utk kebutuhan sekolah anak di universitas ngeriiiii !!! ”  Atau dengan paniknya bilang : ” Duh, untuk hidup sekarang aja ngaturnya pusiiiiing, apalagi mikir gimana kalau nanti pensiun…cuma suami lagi yang kerja !” Atau boleh jadi baru sampai perhitungan biaya anak SD saja sudah kliyengan…pilihan utk masukkan ke SD Negeri, SDIT, sekolah alam, atau apapun itu namanya…semua punya kesamaan….harus siap – siap uangnya. Mau pensiun dengan nyaman, yak ! perencana keuangan bisa berikan gambaran kira – kira berapa “ongkos” hidup nyaman tersebut. Tentunya dengan masukan dari anda, seperti apa kriteria nyaman menurut anda, seberapa yang anda pikir cukup untuk kehidupan dan sebagainya.

Sejatinya angka – angka perhitungan itu menggambarkan keinginan kita. Dan kemungkinan besar adalah keinginan yang paling ideal. Menyekolahkan anak di sekolah terbaik, ingin pensiun dengan nyaman, bisa punya investasi sekian untuk tujuan tertentu, ingin punya rumah berkamar sekian, ingin ganti mobil setiap 5 tahun dan sebagainya. Itu bukan rekaan para perencana keuangan, ya….saya mendukung rekan – rekan saya perencana keuangan lain yang tanpa lelah mensosialisasikan pentingnya perencanaan keuangan bagi masyarakat. Walaupun kadang dicuekkin, kadang di cap judes….heheheheh…*pukpuk*

Kalau anda meminta saya untuk menghitungpun, dengan informasi yang sama yang anda berikan ke perencana keuangan lain, hasilnya pun akan kurang lebih sama. Angka adalah nyata, dan saya bukan tukang sulap angka 🙂 Seringnya, karena sudah melihat sekian dan sekian milyar yang akan dibutuhkan di masa depan, reaksi pertama adalah shock. Pulang dari training perencanaan keuangan, langsung semangat bertekad bulat untuk memperbaiki keuangan. Karena biaya pendidikan anak oh-sungguh-sangat-besar-nilainya. Karena ya-ampun-ternyata-keuangan-saya-berantakan.  Dengan pengetahuan baru, sadarlah bahwa keuangan kita yang dianggap baik2 saja selama ini, ternyata tidak baik – baik saja. Ditambah berpikir ke depan…OMG….ragu deh jadinya bagaimana nasib keuangan kalau tidak dibereskan dari sekarang. Kacau ! Kedodoran ! Kiamat ! ( yang terakhir ini lebay, ya…hehehe ). Oiya, biasanya ditambah juga dengan pertanyaan : “Investasi apa ya, Teh…yang bagusnya….yang resikonya kecil tapi hasilnya besar !” Nah !

Angka sekian milyar itu seperti “gajah” besar yang harus ditelan. Eh, ngomong – ngomong….siapa yang suruh telan gajah ? heheheh….Ya jelaslah susah. Segede gitu ! Tapi “gajah” ini ada di depan mata. Bagaimana menelan si “gajah” ini. Nah, seringnya setelah shock, akan diikuti oleh perbaikan karena motif ketakutan dan kekhawatiran. Biasanya ini 1 – 2 bulan. Catatan mendadak disiplin, mata mengawasi pengeluaran seperti elang…heheheh. Nah, ujian pertama dari keistiqomahan dalam mencatat keuangan ini dan kesadaran karena shock melihat “gajah” adalah pada saat ternyata minus, defisit, pengeluaran lebih besar dari pendapatan. Hutang ? Ooooh..ternyata diam – diam bertambah. Dan baru sadar sekarang…gleks…gleks…gleks ( tenang, ya…tarik nafaaaasss…hembuskaaaan ! )

Di saat itu ada 2 pilihan…terus maju dengan tekad kuat untuk perbaiki keuangan karena “gajah” ada di depan mata, ataukah kemudian menyerah pesimis, lunglai, lemas dan merasa gak sanggup. “Ketiban ketiban deh ama gajah…gimana nanti aja, deh !”. Untuk ini saran saya : terus maju !!! Sebelum masa – masa membaik, pasti ada masa – masa kita harus memperbaiki, kan ? Beres – beres dapur aja pasti kena debu, injek kecoa, bersihkan bekas minyak, dll…apalagi beres – beres keuangan…pasti ada gak enaknya. Tapi pikirkan hasilnya…keungan yang lebih baik, kita bisa manfaatkan rejeki dengan optimal. Rasanya dengan seperti itu kita lebih bersyukur.

Nah, balik lagi ke sekian milyar sekian milyar….si “gajah” yang melihatnya saja kita bingung harus dari mana gigitnya untuk menghabiskan si “gajah” ini. Ambil contoh, biaya pendidikan anak. Biaya pendidikan memang mahal. Dan kenyataan ini diperpahit dengan naiknya biaya pendidikan yang bisa naik antara 20 -30 persen per tahun. Ini kenyataan kita sebagai orang tua.  Ini “gajah” yang harus kita taklukkan  ( para ortu siap – siap, ya…pasang iket kepala…semangaat…wusshaaaa !!! ).

Seringnya, ada beberapa kesalahan yang sering kita buat dalam rangka menaklukkan “gajah” ini. Pertama, kehilangan semangat terlalu awal. Saat sudah dengar angka jangankan sekian milyar,sekian puluh juta saja lalu kemudian lunglai. Ya, memang angka itu angka yang besar, tapi bukankah angka 1 milyar atau berapapun itu dimulai dengan angka 1 juga ? So, semangatlah untuk 1 yang pertama, kemudian 1 yang berikutnya, dan 1 yang berikutnya lagi….terus seperti itu. Istiqomah dalam semangat untuk memberikan yang terbaik bagi anak dalam hal pendidikan, salah satunya dengan mempersiapkan biaya pendidikannya.

Yang kedua adalah, menunda – nunda “gigitan” pertama ke si “gajah” ini. “Kali aja gajahnya jadi kempes…”. Well, bad news is….makin lama kita menunda untuk betul – betul berkomitment untuk biaya pendidikan anak, maka makin besar upaya yang harus dilakukan, makin besar investasi yang harus dilakukan, dan makin sedikit pilihan investasi yang harus dilakukan, karena sudah ada masalah waktu yang makin pendek. Jadi saran saya…gigit aja sekarang “gajah”nya. Kalau belum bisa investasi 500 ribu, baru bisa lakukan 300 ribu, lakukan 300 ribu tapi sekarang ! Mumpung gigi masih kuat…heheheh…masih muda, masih produktif, masih kuat menambah ikhtiar untuk keluarga, masih ada waktu untuk melakukan banyak hal. Daripada menunda – nunda dan harus menggigit si “gajah” ini dengan gigi palsu…heheh…makin susah, kan.

Yang ketiga, nah…ini dia nih…jangan sampai kita takjub lihat “gajah” yang segini besarnya, lalu kita lupa sama siapa yang menciptakan semua yang ada di dunia ini. Angka perhitungan adalah bagian dari ikhtiar perhitungan kita berdasarkan pengetahuan manusia. Kemudian, ikhtiar itu tidak berhenti di level tahu saja, tapi juga aksi nyata….ini juga bagian dari ikhtiar. Tujuan dari itu semua adalah untuk kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat. Menyekolahkan anak untuk apa sih sebagai orang tua ? Untuk mendidik, untuk membekali dengan ilmu, untuk bekal anak nanti mandiri, agar kita sebagai orang tua tidak meninggalkan anak – anak yang lemah kalau kita tidak ada nanti. Lemah dalam banyak segi….ilmu, karakter, agama, dan juga lemah ekonomi.

Rejeki Allah yang punya, anak juga Allah yang punya. Ibu2, Bapak2….jangan lupa ya bawa semua rencana dalam doa dan memandang semua ikhtiar dalam hal keuangan itu ya sebagai bagian dari ibadah. Setiap nabung atau setor ke rekening investasi untuk dana pendidikan anak, gak ada salahnya berdoa : “Ya Allah, ini ikhtiarku untuk menyekolahkan anakku. Engkau pemiliknya, Engkau pendidik kami semua. Mudahkan ikhtiar kami, berkahi kami”. Beda gak rasanya ? Pasti beda ! Beda gak berkahnya ? Insya Allah pasti beda 🙂

Jadi, jangan takut dengan angka sekian milyar…sekian milyar. Usaha saja utk istiqomah satu langkah demi satu langkah. Tugas kita adalah ikhtiar maksimal, lalu doa yang khusyu, tulus, ikhlas. Hasilnya serahkan pada Allah. Dan dalam kehidupan keuangan kita, “gajah2” itu gak cuma satu…bisa beberapa. Punya beberapa tujuan keuangan besar, kan ? Maju terus, jangan tunda2, jangan lepas dari doa. Kalau lain kali anda melihat “gajah” besar lain dalam kehidupan keuangan anda…anda bisa bilang ” Gajah apa ? Yang kemarin aja udah ampir abis saya gigit !…heheheh”  Have a great day conquering the world. Tweet me on @FabFebi.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *